4 Falsafah Jawa yang dianut Obama
Foto: Wahyu/Davinanews.com
Obama lahir di Honolulu, Hawaii, 4 Agustus 1961. Ayah kandung Obama yang bernama Barack Hussein Obama adalah seorang Afrika berkewarganegaraan Kenya. Ibunya warga Amerika berkulit putih bernama Stanley Ann Dunham.
Obama dan keluarganya pindah ke Jakarta, Indonesia pada 1967. Obama kemudian bersekolah di SD Santo Fransiskus Asisi di Tebet, lalu pindah ke SDN Menteng 1 (sekarang SD Besuki) di Menteng hingga dia berusia 10 tahun. Setelah itu Obama dikirim ibunya kembali ke Hawaii dan tinggal bersama neneknya di sana.
Seorang penulis dan pengajar bernama Edward L Fox menyebutkan tindak-tanduk Obama selama ini seperti menganut beberapa falsafah hidup orang Jawa ketimbang Amerika. Dalam tulisannya di aeonmagazine.com pekan lalu, Fox memperhatikan Obama ketika dia sedang menjalani debat calon presiden dengan Mitt Romney Oktober tahun lalu. Fox bahkan menyebut Obama sebagai presiden Amerika Serikat pertama berasal dari Jawa.
Apa saja falsafah Jawa yang dianut Obama selama ini? Berikut ulasannya.
1. Menunjuk lawan bicara dengan ibu jari
Dalam debat calon presiden melawan Mitt Romney, Obama kerap menunjuk wajah lawan debatnya dengan ibu jari untuk mempertegas argumennya.
Gaya debat Obama ketika itu menjadi perhatian pemirsa. Obama tidak menunjuk Romney dengan telunjuknya karena sikap itu bisa dianggap tidak sopan, terlalu kasar atau agresif.
Gaya debat Obama ketika itu menjadi perhatian pemirsa. Obama tidak menunjuk Romney dengan telunjuknya karena sikap itu bisa dianggap tidak sopan, terlalu kasar atau agresif.
2. Bertutur kata halus, sopan
Karakteristik halus merupakan tradisi orang Jawa.
Obama selama ini dikenal seorang politikus yang piawai bernegosiasi secara halus. Dalam debat dengan Mitt Romney ketika itu Obama juga menunjukkan gerak-gerik halus. Bahkan dalam adu argumen itu Obama tampak seperti bersifat pasif, menunduk, tapi kemudian dia akhirnya bisa memenangkan debat itu.
Obama selama ini dikenal seorang politikus yang piawai bernegosiasi secara halus. Dalam debat dengan Mitt Romney ketika itu Obama juga menunjukkan gerak-gerik halus. Bahkan dalam adu argumen itu Obama tampak seperti bersifat pasif, menunduk, tapi kemudian dia akhirnya bisa memenangkan debat itu.
3. Merangkul berbagai kalangan
Presiden pertama Indonesia yang berasal dari Jawa, Soekarno, dikenal berusaha merangkul dan menyatukan berbagai kelompok dalam harmoni seperti kaum nasionalis, agama, komunis, atau dikenal dengan paham Nasakom.
Seperti halnya Soekarno, Obama juga dikenal selalu berusaha merangkul berbagai kalangan dan kelompok lawan politiknya untuk mencapai keharmonisan.
Dalam awal masa jabatannya, Obama yang berasal dari Partai Demokrat merangkul kelompok Partai Republik untuk memutuskan pelbagai kebijakan.
Seperti halnya Soekarno, Obama juga dikenal selalu berusaha merangkul berbagai kalangan dan kelompok lawan politiknya untuk mencapai keharmonisan.
Dalam awal masa jabatannya, Obama yang berasal dari Partai Demokrat merangkul kelompok Partai Republik untuk memutuskan pelbagai kebijakan.
4. Lebih banyak mendengarkan
Ketika terjadi ketegangan politik, Obama biasanya akan lebih banyak mendengarkan lawan politiknya ketimbang menyerang secara langsung.
Dalam pengalamannya ketika menjadi anggota komunitas gereja di Kota Chicago, orang-orang mengakui Obama selalu berusaha mengayomi dan mendengarkan keluhan atau serangan orang lain kemudian merangkul mereka dalam suatu keharmonisan.
Pernah suatu kali Obama didebat rekannya dalam rapat komunitas gereja, tapi Obama tidak terang-terangan langsung menghadapi serangan itu. Dia justru menghormati dan membiarkan lawan bicaranya mengeluarkan seluruh unek-uneknya lalu mengajak orang-orang di rapat itu menyelesaikan masalah bersama-sama secara elegan.
Dalam pengalamannya ketika menjadi anggota komunitas gereja di Kota Chicago, orang-orang mengakui Obama selalu berusaha mengayomi dan mendengarkan keluhan atau serangan orang lain kemudian merangkul mereka dalam suatu keharmonisan.
Pernah suatu kali Obama didebat rekannya dalam rapat komunitas gereja, tapi Obama tidak terang-terangan langsung menghadapi serangan itu. Dia justru menghormati dan membiarkan lawan bicaranya mengeluarkan seluruh unek-uneknya lalu mengajak orang-orang di rapat itu menyelesaikan masalah bersama-sama secara elegan.
Sumber : merdeka.com