Anas Urbaningrum, "Bayi" Yang Disuntik Racun
Anas Urbaningrum mengibaratkan dirinya sebagai bayi yang tak diinginkan di Partai Demokrat. Bayi itu kemudian dihabisi dengan cara disuntik racun, di partai tempat ia dibesarkan.
"Semua itu bagus. Tapi dari perjalanan bayi itu, sebelum berusia 3 tahun disuntik racun," seloroh Anas, dalam diskusi bertajuk "Smart Evening With Rosi", di Marley Cafe, Jakarta Selatan, Rabu malam (6/3), menjawab pertanyaan, "kenapa bayi itu tidak diaborsi sejak dini, kalau memang tidak diinginkan".
Menurut mantan Ketua Umum DPP Partai Demokrat itu, meski ia tak diinginkan, sebenarnya bayi itu memiliki bapak. Namun sayangnya, bapaknya enggan mengakui, bahwa itu adalah darah dagingnya. Sang bapak malah menyuntikan racun kepada bayi berusia 3 tahun itu.
"Sebetulnya sudah ada bapaknya, tapi bapaknya enggan mengakui. Sudah, ini jangan diteruskan," pinta mantan ketua Partai Demokrat itu.
Sebenarnya, ibu dari bayi itu sangat baik. "Alhamdulillah, ibunya baik dan bapaknya baik," kata Anas, yang diiringi derai tawa, entah apa maksudnya.
Saat disinggung apakah bayi tersebut disuntik racun karena bapaknya takut anaknya akan salah pergaulan, Anas mengatakan, bayi itu pergaulannya sangat luas dan mempunyai banyak teman dari berbagai kalangan di negeri ini.
"Pergaulannya luas dan bermacam-macam teman, karena memang bermacam-macam teman. Kalau temannya satu, tidak perlu bayi yang tidak diharapkan, tapi cukup bayi yang diharapkan. Temannya banyak, karena itu Indonesia," ujar Anas.
Saat disinggung tentang cita-cita Anas dahulu, seusai menamatkan pendidikannya di perguruan tinggi, ia mengaku bercita-cita menjadi seorang dosen. Apalagi nilai akademik yang cukup baik yang diraihnya, memungkinkannya untuk menjadi dosen.
"Ini mau jadi dosen dan wartawan, tapi gak diterima. Dulu kuliah agak serius sambil berorganisasi. Karena bacaan bukunya agak serius dan nilai akademiknya bagus, sehingga layak jadi dosen. Tapi ternyata, 2 kali tidak diterima," ungkap Anas, sambil tersenyum.
Menurut mantan Ketua Umum DPP Partai Demokrat itu, meski ia tak diinginkan, sebenarnya bayi itu memiliki bapak. Namun sayangnya, bapaknya enggan mengakui, bahwa itu adalah darah dagingnya. Sang bapak malah menyuntikan racun kepada bayi berusia 3 tahun itu.
"Sebetulnya sudah ada bapaknya, tapi bapaknya enggan mengakui. Sudah, ini jangan diteruskan," pinta mantan ketua Partai Demokrat itu.
Sebenarnya, ibu dari bayi itu sangat baik. "Alhamdulillah, ibunya baik dan bapaknya baik," kata Anas, yang diiringi derai tawa, entah apa maksudnya.
Saat disinggung apakah bayi tersebut disuntik racun karena bapaknya takut anaknya akan salah pergaulan, Anas mengatakan, bayi itu pergaulannya sangat luas dan mempunyai banyak teman dari berbagai kalangan di negeri ini.
"Pergaulannya luas dan bermacam-macam teman, karena memang bermacam-macam teman. Kalau temannya satu, tidak perlu bayi yang tidak diharapkan, tapi cukup bayi yang diharapkan. Temannya banyak, karena itu Indonesia," ujar Anas.
Saat disinggung tentang cita-cita Anas dahulu, seusai menamatkan pendidikannya di perguruan tinggi, ia mengaku bercita-cita menjadi seorang dosen. Apalagi nilai akademik yang cukup baik yang diraihnya, memungkinkannya untuk menjadi dosen.
"Ini mau jadi dosen dan wartawan, tapi gak diterima. Dulu kuliah agak serius sambil berorganisasi. Karena bacaan bukunya agak serius dan nilai akademiknya bagus, sehingga layak jadi dosen. Tapi ternyata, 2 kali tidak diterima," ungkap Anas, sambil tersenyum.
Sumber : Gatra.com