Catatan Rustriningsih
Pertama, perkenankan saya mengucapkan selamat kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Jawa Tengah atas keberhasilan dalam proses penetapan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur sebagai proses penting demokrasi di Provinsi Jawa Tengah
Dalam kesempatan ini perkenankan saya menyampaikan beberapa catatan penting berkaitan dengan proses dan dinamika demokrasi yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir. Catatan ini saya buat berdasarkan pengalaman saya mengikuti dinamika politik yang terjadi, informasi dari berbagai elemen masyarakat dan pendukung saya, serta tentunya dari teman- teman media. Catatan ini saya sampaikan bukan sebagai wujud kekecewaan saya yang tidak dapat ikut serta sebagai calon gubernur dalam Pilgub Jateng yang akan berlangsung 26 Mei 2013 mendatang. Namun catatan ini merupakan harapan agar dimasa depan para elit politik menunjukkan proses rekruitmen yang lebih transparan dan jujur, demi terpilihnya seorang pemimpin yang amanah, jujur, memiliki kompetensi kepemimpinan yang baik sebagai wujud tanggung jawab kepada konstituen dan masyarakat.
Adapun catatan yang dapat saya sampaikan saat ini adalah sebagai berikut :
• Pertama, saya menyayangkan bahwa tidak semua calon gubernur yang ditetapkan hari ini merupakan aspirasi murni dari para konstituen partai yang mengusungnya, bahkan dalam konteks yang lebih luas; dalam hal ini masyarakat Jawa Tengah. Proses rekruitmen sebagian calon gubernur lebih merupakan pilihan elit-elit politik yang bersifat pragmatis, berlandaskan sikap suka atau tidak suka serta mengesampingkan aspirasi konstituen, wong cilik dan masyarakat umum.
• Kedua, politik transaksional juga masih mewarnai proses rekruitmen calon gubernur yang pada akhirnya tidak memberikan manfaat bagi konstituen atau masyarakat umum, melainkan hanya memberikan keuntungan bagi beberapa gelintir elit politik. Kedua hal tersebut jelas bukan merupakan pendidikan politik yang baik bagi rakyat yang berisiko menurunkan tingkat kepercayaan publik terhadap proses demokrasi. Tindakan seperti ini adalah bentuk pengkhianatan terhadap filosofi dasar eksistensi partai sebagai pilar demokrasi, serta nilai-nilai luhur perjuangan para pendiri partai yang memimpikan partai sebagai alat perjuangan untuk mengawal sistem demokrasi guna mewujudkan kesejahteraan rakyat. Jika hal ini kita biarkan dan berlangsung terus menerus, maka secara pasti akan mengakibatkan berpalingnya konstituen dari partai yang selama ini dipercayai dan dicintainya. Partai tidak akan lagi menjadi tumpuan harapan masyarakat sebagaimana mestinya. Pada akhirnya praktek politik seperti ini berpotensi menurunkan kualitas demokrasi yang tercermin pada semakin tingginya angka golput sehingga menurunkan legitimasi calon gubernur terpilih di mata masyarakat.
• Ketiga, saya mengajak semua unsur masyarakat untuk bersama-sama mengikuti perkembangan informasi pelaksanaan Pilgub Jawa Tengah lebih lanjut. Saya secara pribadi belum dapat melakukan penilaian secara utuh dan komprehensif atas kualitas kepemimpinan dan kompetensi dari semua calon. Saya memang mengenal dengan baik profil Bibit Waluyo sebagai Gubernur Jawa Tengah saat ini dan Hadi Prabowo, selama menjabat sebagai Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah, karena mereka adalah mitra kerja saya dalam 5 tahun terakhir. Namun saya berpendapat bahwa saya tidak ada pertimbangan yang dapat menunjukkan urgensi untuk memberi penilaian kepada calon gubernur dan calon wakil gubernur lainnya yang saya belum banyak mengetahui rekam jejaknya, kompetensinya, dan kepemimpinannya. Pada prinsipnya saya ingin mengingatkan, bahwa menjadi pemimpin Jawa Tengah mestinya tidak ditempatkan sebagai ambisi pribadi, namun ditempatkan dalam kerangka amanah dan tanggung jawab. Dibutuhkan pemimpin yang memiliki kualitas, rekam jejak yang baik dan terukur, serta menunjukkan kepedulian kepada masyarakat umum, khususnya : wong cilik. Saya percaya hanya pemimpin dengan karakteristik seperti itu yang dapat meraih simpati masyarakat Jawa Tengah.
• Penutup, saya mengucapkan terima kasih atas perhatian saudara-saudara, para wartawan dan masyarakat Jawa Tengah. Semoga catatan catatan saya ini dapat menjadi wacana pembelajaran agar demokrasi yang kita laksanakan suatu saat akan menjadi demokrasi yang sebenar-benarnya, demokrasi yang dilandaskan pada keinginan luhur, bermanfaat bagi masyarakat untuk melahirkan pemimpin yang jujur, berakhlak mulia dan selalu pada garis depan membela kepentingan masyarakat.
Wassalamualaikum Wr Wb.
Semarang, 11 April 2013
RUSTRININGSIH