Tukang Becak yang Menampar Hedonisme Kita
Sungguh mengharukan membaca beberapa media dan melihat di televisi televisi nasional cerita tentng tukang becak yang menabung rupiah demi rupiah selama sepuluh tahun untuk berkurban, “Alhamdulillah kulo tiang mboten ngadah tese saget kurban (saya orang tidak mampu bisa berkurban,” ujar Bambang saat menyerahkan sapi kurban ke Takmir Masjid Al-Ikhlas tak jauh dari rumahnya, Senin (14/10/2013).
Bambang menuturkan, sapi yang dibelinya seharga Rp 13 juta. Uang sebanyak itu ia kumpulkan dari hasil menarik becak setiap hari di celengan kayu yang dipasang di jok becaknya.
Itulah cuplikan dari seorang yang sangat sederhana tapi mempunyai kelapangan berbagi yang luar biasa. Bandingkan dengan kita yang tiap bulannya dibebani cicilan mobil kedua atau rumah kedua hanya untuk memenuhi hedonisme kita, bahkan untuk berkurbanpun kita hanya ramai ramai patungan 2 juta untuk membeli seekor sapi, bahkan banyak dari saudara kita yang tidak berkurban sama sekali, sungguh tamparan luar biasa yang kita terima di hari Idhul Adha ini.
Hari ini kita dapat pencerahan yang sangat berharga dari Bapak Bambang seorang tukang becak yang sangat sederhana, dengan tindakan nyata tanpa kata kata manis berbusa dari ustadz yang hidupnya glamour melebihi gaya hidup artis, Pak Bambang anda layak menjadi teladan bagi kita semua yang sering alpa untuk berbagi dengan sesama.
Sumber : Kompasiana.com