Kecepatan Tak Boleh Korbankan Akurasi
Media Siber:
Kecepatan adalah faktor utama dan pertama media siber (media online), namun pelaku di sektor ini diingatkan agar esensi jurnalisme dalam melakukan verifikasi data tetap dapat bisa dilakukan tanpa mengganggu mengoptimalkan keunggulan dalam kecepatannya.
"Dalam hal kepentingan publik yang mendesak, sumber yang pertama harus kredibel, adanya kehati-hatian serta kejujuran bahwa berita tersebut belum lengkap, serta mengupayakan verifikasi tentunya dengan memberikan link ke berita selanjutnya," kata Agus Sudibyo, Ketua Komisi Pengaduan Masyarakat dan Penegakan Etika Pers, Dewan Pers, dalam sbeuah di Jakarta, Kamis (23/2).
Edi Taslim, Business General Manager Kompas.com, menambahkan, kecepatan memang penting, namun tidak setiap peristiwa bisa cepat diberitakan.
"Seberapa cepat kita bisa memberitakan? Memangnya mau mengorbankan akurasi dan keberimbangan?" ujar Edi.
Edi juga mengklaim jika medianya sekarang lebih mengedepankan akurasi dalam pemberitaan.
"Kami sekarang lebih ke akurasi, tanpa mengurangi kecepatan. Namun kami tahu kecepatan kami tidak bisa lebih cepat dari Detik (portal berita Detikcom)," kata Edi.
Karaniya Dharmasaputra, Chief Editor Vivanews.com memandang fenomena kecepatan itu 'sangat' Indonesia.
Di Indonesia dalam sehari satu media online bisa mengunggah sekitar 600 hingga 800 berita per hari.
Di luar negeri, terutama media siber Amerika Serikat dan Eropa Barat, rata-rata hanya 40 berita setiap hari.
"Fenomena cepat-cepatan itu Indonesia banget. Paradigma kita dijajah oleh unsur kecepatan. Kecepatan bukanlah satu-satunya ukuran. Saya harap pedoman yang dikeluarkan oleh Dewan Pers secara signifikan dapat merombak wajah media online menjadi lebih baik," kata Karaniya.
Menurut Karaniya, akurasi tetap yang harus didahulukan, serta tidak boleh dikalahkan oleh kecepatan.