“Sensasi” Jokowi Sia-sia
Setelah sempat menjadi berita sensasional beberapa saat, kabar geliat mobil Esemka semakin kabur ditelan berita-berita yang lebih hot. Memang sudah kebiasaan kiranya pepatah mengatakan anget-anget tai ayam. Ketika lagi in segala puja-puji dari pihak yang pro berbalas pantun dengan caci maki, cibiran dan cemoohan dari sebelah pihak. Namun pada akhirnya, tak ada satu pun hasil yang didapat. Hanya menambah daftar kebencian.
Apakah mungkin inilah gambaran nyata mentalitas kita. Yang senantiasa menyanjung dan memuja seseorang yg lagi menjadi hot topic namun kelak ketika orang tersebut terpuruk langsung dihujat habis-habisan. Kadangkala pemujanya bahkan menjadi lebay, tidak mampu menangkap esensi dari pendapat orang lain. Hal ini terlihat dari komentar yang saya terima pada tulisan terdahulu yang mengupas masalah ini.
Komentar itu melihat dari sudut pandang bagaimana Jokowi membeli mobil Esemka dengan uang sendiri. Padahal tak satupun kata ataupun kalimat saya yang membahas masalah itu. Seperti ini bisa terjadi lebih sering dikarenakan yang bersangkutan sudah terbutakan oleh sebuah pesona, sehingga ketika ada sesuatu pendapat yang berbeda dianggap sebuah perlawanan. Ada juga kompasioner yang memberikan tautan ke tulisan saya untuk tulisannya yang melihat dari sisi politik.
Padahal tulisan saya sebelumnya ada di rubrik Ekonomi, sub bisnis dan industri. Bukan tanpa maksud peletakkan di rubrik tersebut. Harapan saya Esemka berkembang menjadi sebuah industri berskala nasional kalau bisa menembus pasaran internasional. Kalau hanya baca sekilas tulisan saya terdahulu atau pun yang sekarang serta tidak mampu menangkap esensi yang biasanya saya letakkan di paragraf terakhir maka akan terjadi kesalahpahaman terhadap pemikiran saya.
Tulisan sekarang ini masih ada benang merahnya dengan yang sebelumnya. Sensasi pemberitaan sudah didapatkan dengan penggunaan Esemka sebagai mobil dinas Walikota Surakarta yang dijabat oleh Jokowi. Sensasinya tentu akan berbeda jika yang melakukan adalah bupati atau walikota lain. Hal ini dikarenakan popularitas walkot Solo saat ini sedang tinggi. Sehingga sensasi tersebut sangat positif bagi geliat Esemka.
Setidaknya menurut saya yang bukan ahli ekonomi ini, perlu 3 komponen utama untuk sebuah industri.
Pertama, pasar, karena itulah sasaran utama dari sebuah industri. Dengan aksi Pak Jokowi tergambarkan bahwa pangsa pasar masih terbuka lebar. Terbukti dengan maraknya pemesanan mobil Esemka oleh berbagai kalangan. Animo pasar sudah terbawa menuju sebuah brand image skala nasional yang top abis.
Kedua, regulator, kapasitas ini dimiliki oleh pemerintah pusat dengan segalastimulus yang bisa diberikan untuk menjadikan Esemka sebuah industri.
Ketiga, Pemodal, untuk menjelma menjadi sebuah industri tentu diperlukan modal yang cukup besar guna mendanai kegiatan operasional mulai dari perijinan, lokasi pabrik, karyawan dan lain sebagainya hingga pemasaran dan after sales.
Dari tiga hal tersebut “sensasi” Jokowi baru bisa menembus animo pasar, untuk dua komponen lainnya belum tergerak. Yang paling utama sebetulnya regulator, dengan segala aturan yang dapat mendukung maka pemodal pasti akan berdatangan. Pasar yang sudah tergiring oleh sensasi tentu akan berduyun-duyun membeli apalagi jika ada insentif dari pemerintah. Pada akhirnya saya hanya bisa berharap “Sensasi” Jokowi tidak akan sia-sia.
(CMIIW dan jika ada yang menanggapi lebih penting mana antara angkutan umum dan mobnas kita bisa berdiskusi di kolom komentar)
Oleh : Bintarto Joko