Situs Gunung Padang Bukti Peradaban Kuno Indonesia Telah Maju
Hasil pengeboran tim Peneliti Bencana Katastropik Purba (BKP) menunjukkan pada kedalaman hingga 20 meter ditemukan jejak hasil buatan manusia.
Situs megalitik Gunung Padang di Cianjur, yang diperkirakan dibangun pada 1500-1000 sebelum masehi, adalah situs megalitikum terbesar di Asia Tenggara dan merupakan contoh bangunan masa prasejarah punden berundak dalam skala besar.
Megalitikum adalah suatu kebudayaan yang terutama menghasilkan bangunan-bangunan dari batu-batu besar.
Batu-batu tersebut diratakan secara kasar untuk mendapatkan bentuk yang diinginkan.
Menhir, dolmen, sarkofagus, kubur batu, punden berundak, dan arca adalah berbagai hasil terpenting dari kebudayaan megalitikum.
Situs Gunung Padang, yang ditemukan pada 1979 oleh penduduk setempat, dinilai memiliki informasi luar biasa mengenai peradaban Indonesia ribuan tahun lalu.
Diyakini, bangunan tersebut dahulunya adalah tempat peribadahan zaman kerajaan Pajajaran.
Hasil pengeboran tim Peneliti Bencana Katastropik Purba (BKP) menunjukkan pada kedalaman hingga 20 meter ditemukan jejak hasil buatan manusia.
"Dicurigai ada tiga titik dimana ada ruangan yang kemungkinan berisi dokumen. Salah satunya berukuran hingga 10 kali 20 m. Dari hasil pengeboran 1-20 m kami melakukan tes carbon dating yang menunjukkan pondasi telah ada sejak tahun 4700 sebelum masehi," kata Dr. Danny Hilman dari Geotek, LIPI, Selasa (7/2).
Penemuan ini mencengangkan karena piramid Giza Mesir baru ada sejak 3500 SM.
Hal ini membuktikan adanya peradaban yang sudah maju, karena pembangunan situs tersebut dinilai bukanlah pekerjaan ringan.
"Kami belum menemukan adanya artefak atau tulisan yang bisa membuktikan seberapa maju peradaban tersebut," ujar Danny.
Harta Karun
Ketua Exploration Think Tank Indonesia (ETTI), Dr. Andang Bachtiar, mengatakan memang terdapat harta karun yang tersimpan di situs tersebut.
"Ilmu adalah harta karunnya. Kita dibilang masih zaman batu saat zaman kekaisaran Romawi. Katanya baru setelah letusan Krakatau di abad IV, masyarakat kita menetap dan membuat kerajaan. Masa sih sebelum itu tidak ada apa-apa?," kata Andang.
Andang menyebut kemungkinan besar bencana besar masa lalu yang menyebabkan peradaban prasejarah Indonesia terus-terusan musnah.
"Hipotesis kami, ketika ada peradaban dan sudah maju, dihajar oleh bencana tsunami atau gunung meletus sehingga musnah. Muncul kembali dan mulai dari nol kemudian hal serupa terjadi lagi," kata Andang.
Hal ini tidak mengherankan karena Indonesia adalah rumah dari ratusan gunung api dan tercatat sebagai negara dengan garis pantai terpanjang di dunia.
Terlebih lagi, posisi Indonesia yang berada di garis khatulistiwa membuat Indonesia lebih rentan terhadap berbagai bencana alam.
Presiden Mendukung
Andang mengungkapkan penelitian itu terwujud karena berawal dari hobi.
"Alat kita pinjam. Dana kita patungan,"ujarnya.
Andang dan timnya kini semakin bersemangat untuk terus menggali situs Gunung Padang, untuk itu ada gagasan membuat suatu yayasan untuk mewadahi kegiatan tersebut.
Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana, Andi Arief, mengatakan presiden sangat mendukung kegiatan yang dilakukan ETTI.
"Pak SBY bilang untuk melanjutkan penelitian. Mau salah atau benar, kata beliau itu urusan belakangan," kata Andi.
Andi menunjukkan kebanggaannya untuk pertama kalinya sejumlah tim yang seluruhnya terdiri dari Indonesia berhasil membuka situs bersejarah yang sangat besar.
Andi juga menyangkal adanya campur tangan dari pihak asing dalam penelitian ini.
"Kita tolak. Join riset boleh, tapi untuk keseluruhan kita masih mampu," kata Andi.