Capres Eksternal Menemui Jalan Mendaki Lagi Sukar
Peluang figur eksternal Parpol menjadi Capres 2014 dinilai masih berat. Selain harus membuktikan adanya dukungan massa kuat, mereka harus mendekati parpol agar mau mengusung.
“Peluang figur non parpol untuk maju sebagai capres memang sangat berat. Mereka harus serius melakukan pendekatan pada parpol sekaligus menjaga elektabilitas di akar rumput. Apalagi semua tokoh Parpol tak mungkin serta merta memberi jalan, karena Pemilu 2014 adalah kesempatan emas mengambil alih kekuasaan setelah selesainya era Susilo Bambang Yudhoyono,” kata Pengamat Politik dari Charta Politika Yunarto Wijaya di Jakarta, Kamis (1/3).
Ia mengemukakan yang patut disayangkan dari lembaga parpol adalah tak adanya mekanisme demokratis berupa konvensi dalam menjaring figur yang layak jadi pemimpin bangsa. Selama mekanisme demokratis di internal parpol tak dibangun maka agak sulit buat calon eksternal menjadi Capres.
Menurutnya, semua parpol pasti sudah membaca peta peluang 2014, karena saat inilah momentum terakhir dan terbaik menjadi Capres lantaran pada pemilu 2009 peluang itu tertutup dengan kuatnya sosok SBY.
“Tapi kalau bicara cawapres, peluangnya mungkin sedikit lebih terbuka. Tapi dengan catatan para tokoh eksternal itu bisa merawat dan menaikkan tingkat popularitas dan elektabilitasnya. Jika ini bisa dilakukan, figur eskternal bisa menjadi putri cantik yang diperebutkan untuk mendongkrak suara capres partai. Bagi partai sendiri ini sangat penting di tengah menurunnya kepercayaan publik pada parpol,” tuturnya.
Hal sama disampaikan Ketua DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Bima Arya Sugiarto. Bagi Bima, selama pintu capres independen belum dimungkinkan, maka tidak ada pilihan lain bagi figur eksternal selain merapat ke parpol untuk menjadi capres. Karena itu, adalah keharusan bagi setiap figur menjaga hubungan baik dengan Parpol, khsusunya yang memiliki visi perjuangan sama.
“Capres non parpol harus membangun komunikasi yang baik dengan parpol. Jangan sampai parpol hanya menjadi kendaraan sesaat menuju puncak. Padahal akar dan mesin perjuangan sesungguhnya juga ada di Parpol,” terangnya.
Bima menambahkan, setiap parpol tentunya akan memberikan jalan kepada semua figur yang mumpuni asalkan ada kecocokan visi dan kimiawi.
“Tapi sejauh pemantauan PAN soal Capres, jangankan tokoh eksternal, kader internal pun belum ada yang ketokohannya sebanding dengan Hatta Rajasa,” ungkapnya.
Sementara itu, Sekjen DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Rommahurmuziy mengatakan, PPP pada prinsipnya sangat terbuka bagi figur eksternal untuk didukung sebagai Capres. Namun partai berlambang kabah ini tentu tak serta merta melakukan rekruitment capres, sebelum figur tersebut memberikan konstribusi berarti bagi perjuangan dan kebesaran partai.
“Makanya kita juga tidak mau terburu-buru memutuskan siapa capres PPP. Belum ada rumus bahwa figur capres eksternal yang diusung partai bisa mendongkrak elektabilitas partai dalam pemilu legislatif. Kecuali figur tersebut masuk kedalam partai,” terangnya.
Rommy mengingatkan bahwa pekerjaan berat parpol saat ini adalah bagaimana meningkatkan perolehan suara saat pemilu legislatif. Sebab satu-satunya modal untuk mengusung capres adalah sejauh mana dukungan publik pada parpol.
Hal ini dibuktikan melalui perolehan suara Pileg dan raihan kursi di Parlemen. Jika figur eksternal ingin mendapat dukungan paropol, tegas dia, ada baiknya mereka membantu parpol mendongkrak perolehan suaranya saat pileg.
“Jadi kita belum melihat rumus bahwa figur eksternal yang diusung sebuah parpol bisa meningkatkan elektabilitas Parpol. Masih perlu internalisasi parpol kedalam figur tersebut, baru mantap,” tegasnya.