Didik J Rachbini: Jihad Transportasi Massal di Jakarta
Semua kandidat gubernur DKI Jakarta mengakui macet dan banjir antara lain utama di Jakarta. Hal serupa juga diakui oleh pasangan kandidat gubernur Jakarta Hidayat Nur Wahid-Didik J. Rachbini. Berikut ini petikan ringkas wawancara Peter F Gontha dari Beritasatu TVdengan kandidat wakil Gubernur DKI Jakarta Didik dalam Program IMPACT.
Wawancara lengkap dapat disaksikan di Beritasatu TV pukul 18.00 WIB hari ini.
Saya mendengar bukan hanya masyarakat yang terkejut ketika Anda menjadi calon wagub, apa Anda sendiri terkejut?
Saya terkejut. Tetapi harus tetap siap karena sejak mahasiswa sampai reformasi, saya aktif berorganisasi dan gerakan. Beberapa tahun ini saya surut memberi kesempatan kepada lain. Saya masuk ke kegiatan pendidikan dan bisnis.
Saya menyadari DKI ini point penting dalam politik nasional. Setiap partai ingin mengusung kader-kader terbaik untuk menjadi calon gubernur dan wakil gubernur. Kalau tidak itu, berarti menjadi penonton.
Menarik proses penunjukkan Anda menjadi cawagub DKI. Tiba-tiba sehari sudah mendaftarkan. Siapa yang menelepon? Apa Pak Hidayat Nur Wahid atau Ketua Umum PAN Pak Hatta Radjasa?
Kalau komunikasi dengan teman-teman PKS saya banyak sekali. Tapi pada jam-jam itu yang berkomunikasi adalah Ustad Helmy. Kemudian saya, Pak Hatta Radjasa dan Pak Lutfi Hasan akif berkomunikasi kemungkinan-kemungkinan mencalonkan diri. Pada malam hari pun belum putus. Belum menyatakan ya karena saya menyerahkan pada pimpinan partai untuk berdiskusi terus.
Kita masuk pada hal-hal yang terlihat sehari-hari. Apa masalah utama di Jakarta?
Ada tiga masalah. Pertama, transportasi massa. Kedua, banjir, dan ketiga ekonomi serta pemukiman kumuh,
Ekonomi dan pemukiman kumuh?
Resettlemen masyarakat golongan bawah, sektor informal, itu (menjadi) fokus saya. Pasar modal dan lain-lain sudah jalan sendiri.. Sekarang terkait transportasi massal, saya mempunyai program yang berkaitan dengan macet
Permasalahan apa lagi yang Anda lihat?
Saya ke Puskesmas ingin menunjukan kesehatan kebutuhan mendasar masyarakat di Jakarta. Standarnya harus setara dengan seperti Singapura, Kuala Lumpur, dan lain-lain. Saya ingin menjadikan puskesmas sebagai ujung tombak kesehatan masyarakat. Jadi puskesmas itu sama dengan pendidikan, jasa. Saya sudah seumur hidup di pendidikan. Kalau perlu puskesmas distandarisasi dengan ISO, sehingga tidak ada bedanya. Dengan begitu, kesadaran dokter yang bertugas disitu makin berkualitas.
Anda mengusung sembilan jurus mengatasi macet di Jakarta. Program tersebut dinamakan “Jihad Transportasi Massal.” Program tersebut dicuri dari Singapura. Apa sebenarnya program ini?
Sebenarnya program ini tidak mencuri dari Singapura. Waktu press release saya katakan ini konsep transportasi Singapura. Saya tidak malu-malu meniru yang baik dari Singapura. Di sana cuma ada dua transportasi massal, MRT dan bus. Keduanya dikerahkan sekuat mungkin untuk melayani warga. Inti dari 9 jurus itu adalah membangun sistem transportasi massal yang membawa masyarakat dari satu tempat ke tempat lain.
Orang mengatakan MRT tendensius, dikatakan bahwa ini transportasi bawah tanah. Tapi sebenarnya MRT itu Mass Rapid Transit, jadi sebetulnya alat transportasi itu belum tentu bawah tanah? Atau bisa juga di atas permukaan tanah?
Saya bukan ahli transportasi, namun di Jakarta yang ruang atasnya mencukupi. Sebagai contoh di Lebak Bulus, Thamrin, terus ke utara di jalur besar, bukan tidak mungkin bisa dibangun sistem angkutan massal yang besar. Juga di wilayah kecil di timur seperti di Cililitan sampai ke utara di Tanjung Priok. Bukan tidak mungkin membangun transportasi besar untuk dapat mengurangi pemakaian mobil warga di wilayah-wilayah tersebut.
Kalau transportasinya memadai, ya seperti di luar negeri, kita menggunakan kedua alat transportasi itu. Bahkan di Amsterdam sulit mencari tempat parkir. Nah, ini tentu akan dikombinasi dengan sistem insentif dan disinsentif.
Ini perkara penting dalam sistem ekonomi maupun transportasi sehingga dapat mengurangi jumlah orang yang tumpah dengan mobil masuk ke gerbong-gerbong kereta MRT yang baik. Termasuk di kanal-kanal sungai seperti di Ancol, dibangun tiang-tiang tanpa mengganggu saluran air di sekitarnya. Di Kalimalang misalnya, juga bisa dibangun. Jihad itu kesungguhan, untuk kita fight di dalam bidang ini.
Pengorbanan yang kita lakukan adalah jihad. Jihad tidak selalu berarti negatif?
Jangan diartikan teroris. Itu kesungguhan. Mengapa demikian? Semua negara di Asia transportasinya beres. Seperti di Bangkok 10 tahun lalu dari airport ke kota macet sekali, sekarang sudah baik. Hanya tinggal 2 kota yakni Jakarta dan Bombai. Nah, kalau Kuala Lumpur dan Bangkok bisa, kenapa kita tidak bisa? Pasti ada yang salah. Yang salah itu yang mengelola.
Yang salah mengelola itu gubernur saat ini?
Saya tidak mengatakan itu, tapi saya hadir untuk memberikan satu solusi dan pemecahan. Sistem trasportasi massal itu adalah satu sistem yang memungkinkan untuk pemindahan penumpang dari tempat satu ke tempat yang lain dan tentunya perpindahan dari penggunaan mobil ke alat transportasi massal. Seperti saya juga tidak asing, dari Gondangdia ke Depok menggunakan kereta, tetapi saat ini masih berjejal sekali.
Tentunya ini akan memakan waktu?
Kalau dilaksanakan, seperti transportasi dari Jakarta ke airport, tambahan tiang-tiang tol itu tanpa perencanaan pemerintahan saat itu. Saya tidak punya interes pribadi dengan pemerintahan. Seperti Kanal Timur untuk masalah banjir, saya mengajukan program sistem kanal.
Biodata:
Didik Junaidi Rachbini lahir di Pamekasan, Madura pada 1960. Menempuh pendidikan sarjana bidang ekonomi pertanian, dan managemen agribisnis di Institut Pertanian Bogor, Doctor of Filosofy di Institute of Graduate Study Luzon Central Stage Philipina di bidang studi pembangunan dan kawasan pedesaan.
Pendidikan non-gelar lainnya adalah, kursus summer atau Summer Course di bidang ekonomi pada University of The Philipina di Los Banos, kursus ekonomi budaya di Boston University, dan kursus kepemimpinan di Islamic University Islamabad. Pengajar yang menjadi anggota DPR periode 1999-2004.