"Saya kira banyak studi dan rencana kerja yang sudah disusun untuk mengatasi masalah di Jakarta, jumlahnya sudah ratusan dan bahkan ribuan, tapi eksekusi di lapangannya kurang."

Joko Widodo, calon gubernur DKI Jakarta yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) bersama Partai Gerindra mengatakan akan lebih memprioritaskan pelaksanaan di lapangan daripada rencana kerja.

"Saya kira banyak studi dan rencana kerja yang sudah disusun untuk mengatasi masalah di Jakarta, jumlahnya sudah ratusan dan bahkan ribuan, tapi eksekusi di lapangannya kurang, makanya ingin kita lakukan itu," kata Joko Widodo, yang lebih sering disebut dengan nama populernya, Jokowi, kepada Beritasatu.com, di sela-sela acara pertemuan Jokowi-Ahok dengan partai dan Ormas pendukung di Jakarta Sabtu (24/3).

Dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) Juli nanti, Jokowi akan berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai calon wakil gubernur. 

Saat ini Jokowi masih menjabat sebagai Walikota Surakarta, dan sudah memasuki akhir masa periode keduanya.

Keberhasilan Jokowi menata Surakarta diawali dengan merelokasi pedagang barang bekas di Taman Banjarsari yang terlaksana tanpa gejolak, bahkan didukung para pedagang.

Selama memimpin Surakarta, Jokowi memanfaatkan berbagai forum seperti rembuk kampung dan rembuk kutho (kota). 

Dalam forum seperti itu masyarakat bisa langsung menyampaikan kritik, pendapat, keberatan, ide, maupun evaluasi terhadap program dan kebijakan.

"Berdasarkan hal itu, kami melakukan perbaikan dan penyempurnaan," kata Jokowi, seperti dikutip dari Suara Pembaruan.

Sebagai calon gubernur dari luar Jakarta, Jokowi menyatakan tidak akan membutuhkan waktu lama untuk bisa mempelajari permasalahan Jakarta.

"Saya kira nanti kalau pengenalan daerah dilakukan tiap hari di lapangan, cukup dua minggu di lapangan, sudah kita bisa mengerti. Karena pada prinsipnya persoalan itu ada di lapangan, masalah kota itu di mana- mana sama: banjir, kumuh, macet, mal, kemiskinan," kata Jokowi.