Jokowi: Saya Hanyalah Semut Yang Harus Melawan Gajah-gajah Yang Punya Segalanya
Jakarta - Ada dua gubernur dan mantan Ketua MPR. Kalau saya hanya semut. Saya itu apa sih dibandingkan mereka?” demikian ujar Jokowi merendah pada sebuah media, ketika ditanya tentang lawan-lawan yang akan ia hadapi dalam Pilgub DKI Jakarta nanti. Bagi saya ucapan Jokowi ini menarik disimak.
Gajah selalu identik dengan kekuatan, mewakili sesuatu yang besar sementara semut kerap dipandang sebelah mata, identik dengan sesuatu yang kecil. Namun, dalam cerita dongeng, hanya semutlah yang mampu menghadapi Gajah yang perkasa itu. Dalam keterbatasannya, semut berhasil menghancurkan kuping sang gajah hingga pertempuranpun berakhir.
Terminologi binatang dalam perkelahian politik Indonesia bukan sesuatu yang baru, kita tentu masih ingat kisah Cicak versus Buaya (perlawanan terhadap upaya pelemahan KPK). Dalam dongeng yang lain kita juga masih terbiasa dengan cerita kancil versus buaya.
Majunya Jokowi-Ahok menjadi Cagub DKI Jakarta bagi saya menjadi sesuatu yang menarik dan layak disimak. Jokowi-Ahok akan meladeni paling tidak lima calon lain yakni Foke-Nachrowi; Alex-Nono; HNW-Didik, Faisal-Benyamin dan Hendardji-Riza.
Dugaan saya salah satu paket calon akan gugur sebelum Pemilukada berlangsung yakni paket independen, Faisal-Benyamin karena tak memenuhi persayaratan administratif. Jika ini terjadi maka, bisa jadi calon pemilih Faisal-Benyamin akan merapat pada calon yang lebih mampu memberikan ekspetasi (perubahan) bagi mereka. Salah satunya yang paling punya magnet adalah Jokowi-Ahok.
Jika dikalkulasi, peluang Jokowi-Ahok untuk menang telak satu putaran sangatlah kecil. Namun peluang untuk bertarung dalam putaran kedua sangatlah besar. Jokowi-Ahok adalah figur yang paling segar dan menjanjikan. Tidak saja karena dua figur ini relatif bersih dan berhasil sebagai pemimpin di daerah mereka masing-masing tetapi juga didukung oleh mesin partai yang selama ini dikenal kritis dan berpihak pada masyarakat luas yakni PDIP dan Gerindra.
Peperangan antara Semut melawan Gajah agaknya mulai ditabuh Jokowi-Ahok. Banyak pengamat menduga bahwa lawan terberat Jokowi-Ahok adalah Foke-Nachrowi, namun bagi saya justru berbeda. Lawan Jokowi-Ahok di putaran kedua nanti adalah HNW-Didik. HNW-Didik secara figur telah luas dikenal sebagai figur yang bersih dan didukung oleh kendaraan PKS yang solid dan disiplin.
Sementara Foke dan Alex terlanjur tercitrakan sebagai pemimpin yang bermasalah, terlilit kasus dugaan korupsi, sehingga praksis akan tidak populer. Nasib apes justru akan dihadapi Hendardji-Riza yang maju lewat jalur Independen, mereka justru hanya akan jadi pemecah suara saja.
Popularitas mereka (Foke, Alex dan Hendardji), mungkin hanya ada segelintir kelas menengah keatas, sementara untuk kelas menengah terdidik dan kelas menengah bawah akan memilih figur Jokowi-Ahok dan NHW-Didik.
Hal yang saya kira penting untuk dilakukan Jokowi-Ahok jika ingin menang adalah memakai prinsip semut. Kegotong royongan ala semut adalah kekuatan mereka. Bagi saya, kepemimpinan ala semut adalah kepemimpinan berbagi aksi. Ayo Jokowi-Ahok pakai prinsip dan strategi perang ala semut untuk menghancurkan para gajah, pro status quo. Semoga (f)