Perspektif Jokowi dan Foke Dalam Empiris
puncak-puncak budaya Jawa. Masyarakat Solo, senantiasa mengedepankan
sikap tenggang rasa, tepa selira juga tak sungkan bergotong royong.
Kota yang kental dengan nuansa kekerabatan, kebersamaan dan juga
ewuh pakewuh. Masih banyak tegur sapa bila melintas di jalan-jalan
Kota Solo, apalagi bila mampir ke pasar batu akik atau pasar batik Klewer,
satu dua jampun rasanya tak cukup untuk memuaskan dahaga
dalam rangka berhandai-handai. Solo, memang kota yang akrab
bercengkrama dengan warganya.
Foke : Demi mencari jalan kehidupan, banyak orang memberanikan diri
meninggalkan kota Solo, tanah kelahirannya dengan merantau ke Jakarta,
kota puncak budaya-budaya nasional. Tiba di Jakarta, keadaan tak sama
dengan kota Solo yang ramah tempat dimana dibesarkan.
Kehidupan individualistik tercermin dalam keseharian masyarakat Jakarta.
Suara klakson dan makian tidak asing lagi di telinga bila melintasi
jalan-jalan Ibukota. Belum lagi suara sirene Voorijders iringan
para tukang kawal dari hampir seratus pejabat yang berwenang.
Bahkan, iring-iringan para pengantar jenazah dengan menyetel
tampang angker kerap memblokade jalan yang akan dilalui Gubernur.
Jenazah didahulukan dan Gubernurpun rela belakangan.
Jokowi : Dalam menjalankan roda pemerintahan, kota Solo membutuhkan
lebih dari 95% PNS yang berasal dari Solo dan daerah sekitarnya.
Kesamaan pemahamanakan adat istiadat dan budaya Solo merupakan
satu keniscayaan agar Solo dapat bergerak seirama untuk,
lebih maju seiring dengan nuansa otonomi daerah.
Foke : Pemda DKI membutuhkan 95% PNS yang berasal dari
suku luar daerah Jakarta. Sebagai kota urban, DKI haruslah
mencerminkan kemajemukan. Tak bisa dikesampingkan,
harmonisasi dari setiap adat-istiadat suku-suku bangsa setanah air
adalah satu keharusan yang harus diterapkan agar
Jakarta bisa tampil mendunia.
Jokowi : Penduduk kota Solo lebih sedikit dari 503 ribu jiwa.
Kepadatan dari setengah juta orang yang memadati
kota Solo ini berkisar, 13.600 penduduk/km persegi.
Didukung kota-kota satelit seputar Solo ; Kartasura, Colomadu,
Ngemplak, Baki, Grogol, dengan total penduduk kota-kota itu
berkisar 300 ribuan, Solo bisa terbantu memenuhi kebutuhan warganya.
Foke : Penduduk Jakarta hampir 10 juta jiwa.
Banyak kecamatan memiliki tingkat kepadatan hampir
50 ribu jiwa/km persegi. Bahkan, Kecamatan Tambora adalah
kawasan terpadat seASEAN. Penduduk BOTABEK berkisar
18 juta jiwa lebih dan 10%nya hilir-mudik keluar-masuk Jakarta setiap hari.
Artinya, dengan nilai mendekati 4 kali lipat jumlah penduduk Kota Solo yakni,
sejumlah 1,8 juta jiwa penduduk kota-kota satelit di luar Jakarta,
setiap hari harus dilayani oleh fasilitas publik milik Pemda DKI.
Jokowi : Sebagai Pamong tertinggi, Walikota harus mampu
memimpin kota Solo dengan 500 ribu penduduknya yang homogen menuju
masyarakat yang madani, amin.
Foke : Meski hanya sebagai pejabat kelas buncit di Ibukota,
Gubernur harus mampu membawa kemaslahatan bagi lebih dari 28 juta
penduduk se- Jabotabek yangheterogen, agar tercipta suasana sinergis
di Ibukota negara dalam rangka menuju masyarakat Indonesia yang adil,
makmur dan beradab,amin.
Penulis: Rizza Gassner
sikap tenggang rasa, tepa selira juga tak sungkan bergotong royong.
Kota yang kental dengan nuansa kekerabatan, kebersamaan dan juga
ewuh pakewuh. Masih banyak tegur sapa bila melintas di jalan-jalan
Kota Solo, apalagi bila mampir ke pasar batu akik atau pasar batik Klewer,
satu dua jampun rasanya tak cukup untuk memuaskan dahaga
dalam rangka berhandai-handai. Solo, memang kota yang akrab
bercengkrama dengan warganya.
Foke : Demi mencari jalan kehidupan, banyak orang memberanikan diri
meninggalkan kota Solo, tanah kelahirannya dengan merantau ke Jakarta,
kota puncak budaya-budaya nasional. Tiba di Jakarta, keadaan tak sama
dengan kota Solo yang ramah tempat dimana dibesarkan.
Kehidupan individualistik tercermin dalam keseharian masyarakat Jakarta.
Suara klakson dan makian tidak asing lagi di telinga bila melintasi
jalan-jalan Ibukota. Belum lagi suara sirene Voorijders iringan
para tukang kawal dari hampir seratus pejabat yang berwenang.
Bahkan, iring-iringan para pengantar jenazah dengan menyetel
tampang angker kerap memblokade jalan yang akan dilalui Gubernur.
Jenazah didahulukan dan Gubernurpun rela belakangan.
Jokowi : Dalam menjalankan roda pemerintahan, kota Solo membutuhkan
lebih dari 95% PNS yang berasal dari Solo dan daerah sekitarnya.
Kesamaan pemahamanakan adat istiadat dan budaya Solo merupakan
satu keniscayaan agar Solo dapat bergerak seirama untuk,
lebih maju seiring dengan nuansa otonomi daerah.
Foke : Pemda DKI membutuhkan 95% PNS yang berasal dari
suku luar daerah Jakarta. Sebagai kota urban, DKI haruslah
mencerminkan kemajemukan. Tak bisa dikesampingkan,
harmonisasi dari setiap adat-istiadat suku-suku bangsa setanah air
adalah satu keharusan yang harus diterapkan agar
Jakarta bisa tampil mendunia.
Jokowi : Penduduk kota Solo lebih sedikit dari 503 ribu jiwa.
Kepadatan dari setengah juta orang yang memadati
kota Solo ini berkisar, 13.600 penduduk/km persegi.
Didukung kota-kota satelit seputar Solo ; Kartasura, Colomadu,
Ngemplak, Baki, Grogol, dengan total penduduk kota-kota itu
berkisar 300 ribuan, Solo bisa terbantu memenuhi kebutuhan warganya.
Foke : Penduduk Jakarta hampir 10 juta jiwa.
Banyak kecamatan memiliki tingkat kepadatan hampir
50 ribu jiwa/km persegi. Bahkan, Kecamatan Tambora adalah
kawasan terpadat seASEAN. Penduduk BOTABEK berkisar
18 juta jiwa lebih dan 10%nya hilir-mudik keluar-masuk Jakarta setiap hari.
Artinya, dengan nilai mendekati 4 kali lipat jumlah penduduk Kota Solo yakni,
sejumlah 1,8 juta jiwa penduduk kota-kota satelit di luar Jakarta,
setiap hari harus dilayani oleh fasilitas publik milik Pemda DKI.
Jokowi : Sebagai Pamong tertinggi, Walikota harus mampu
memimpin kota Solo dengan 500 ribu penduduknya yang homogen menuju
masyarakat yang madani, amin.
Foke : Meski hanya sebagai pejabat kelas buncit di Ibukota,
Gubernur harus mampu membawa kemaslahatan bagi lebih dari 28 juta
penduduk se- Jabotabek yangheterogen, agar tercipta suasana sinergis
di Ibukota negara dalam rangka menuju masyarakat Indonesia yang adil,
makmur dan beradab,amin.
Penulis: Rizza Gassner