Menakar Peluang Jokowi di “Partai Away”-nya
Dalam sepakbola dikenal istilah pertandingan home and away, atau pertandingan kandang dan tandang, pertandingan home atau kandang adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sebuah team bertanding di kandangnya atau home basenya, sementara pertandingan tandang adalah sebuah sebutan untuk sebuah team yang melawat untuk bertanding di luar kandangnya. Pertandingan kandang bagi sebuah team sepakbola dinilai mempunyai keuntungan lebih, karena di samping mendapat dukungan dari penonton, juga para pemain tuan rumah pasti lebih menguasai setiap detail lapangannya. Juga berharap “tuah” dari stadionnya.
Dalam kontek PlLGUB DKI saat ini, dari sekian kontestan dari parpol dan “kebetulan” diunggulkan (Foke, Alex, Jokowi, Hidayat Nur Wahid) nampaknya hanya Foke yang akan memainkan partai home nya, sementara yang lain akan menjalankan partai awaynya.
Dari sekian kontestan yang akan memainkan “partai away” saya tertarik melihat sepak terjang Jokowi. Bukan karena kebetulan saya tinggal di sekitar Solo tapi karena saya melihat Jokowi salah satu kontestan yang lebih banyak di beritakan media.
Ketokohan dan prestasi Jokowi di Solo tidak usah diragukan lagi. Tapi ketika ia melawat untuk bertarung di Jakarta, tentu butuh stamina dan mental lebih. Ibarat sebagai “team” yang bermain tandang, tentu strategi dan cara bermainnya akan sangat berbeda dengan ketika Jokowi “main” di Solo, di Solo Jokowi adalah juaranya, tetapi di Jakarta? Jokowi tetap punya peluang, bahkan punya kans yang besar, karena Jokowi salah satu pemimpin yang cepat belajar, punya skill, karena biasanya “team away” untuk memenangi pertandingan butuh skill yang baik dan juga mental yang baik pula.
Dalam hal ini team Barcelona bisa dikatagorikan team yang tidak mengenal “home and away” karena selalu bisa tampil luar biasa baik di kandang maupun tandang, karena mental dan skill pemainnya luar biasa. Jokowi juga bisa seperti Barca karena Jokowi juga punya skill. Sekedar flashback, jauh sebelum menjadi Walikota Solo, Jokowi adalah pengusaha furniture, untuk pasar ekspor, ia bahkan mengawasi sendiri quality control produk-produk furniturenya yang hendak di kirim ke pasar-pasar Amerika dan Eropa. Ketika mencalonkan Walikota Solo bersama FX.Rudy, Ia bersaing dengan tokoh-tokoh Solo yang lebih kondang diantara calon Incumbent ketika itu Slamet Suryanto, Purnomo-Istar (dr.Istar adalah menantu alm.komedian Edy Sud) dan juga Hardono (pengusaha furniture).
Ketika terpilih sebagai Walikota Solo, ia bekerja sangat cepat. Kesemrawutan Solo di tangani dengan baik. “Pusat” Pedagang Kaki Lima (PKL) di kawasan Banjarsari yang semrawut, dan dalam beberapa periodesasi Walikota sebelumnya gagal menangani kesemrawutan PKL banjarsari, di tangan Jokowi PKL tsb, bisa dipindahkan dengan damai ke tempat yang lebih baik ke pasar klithikan Semanggi. Solo dengan keterbatasan anggarannya, namun Jokowi mampu menata dengan elok kota ini. Trotoar ditata dengan apik, City walk disediakan di sepanjang Jl.Slmaet Riyadi.
Lha Solo kan kota kecil? Betul, Solo kota kecil, tapi di tangan Jokowi, Solo disulap menjadi kota yang bermagnet besar. Lihat aja, bank-bank asing dan lokal, berlomba-lomba masuk Solo untuk membiayai warga dan industri yang ada di Solo. Investor juga cukup nyaman masuk Solo. Ingat Solo bukan ibu kota provinsi tapi magnetnya menyamai ibu kota provinsi dalam menarik investor. Hebatnya investasi yang masuk Solo tidak mengorbankan pedagang kecil dan pasar tradisional, pasar-pasar tradisional didorong untuk bisa bersaing dengan pasar-pasar modern, pasar tradisional ditata dengan apik dan dengan cara-cara yang damai tanpa pentungan. Pasar Nusukan, Pasar Kembang, Pasar Kleco, Pasar Gemblegan dan beberapa pasar yang lain saat ini jauh lebih bersih dan tertata apik.
Kenapa Jokowi bisa dalam waktu yang relatif pendek bisa mengubah wajah Solo? Mengingat warga Solo juga bukan warga yang “gampang di atur”? Orang Solo memang terkenal halus, tapi orang Solo juga gampang meledak, “sumbu pendek” ingat kasus “bakar-bakaran” 98 di Solo? Di Solo juga banyak yang ekstrim-ekstrim (ngeri ya?) ingat beberapa tertuduh teroris dan pembom bunuh diri tertangkap di Solo? Di tangan Jokowi segala hal jelek tentang Solo bisa di netralisir, karena Jokowi bekerja dengan hati dan langsung turun tangan tanpa banyak bicara. Saya berangkat kerja jam 7 pagi dengan melawati perempatan pasar pon Ngarsapura, beberapa kali saya melihat Jokowi sudah mengantar tamu di hari se pagi itu.
Prestasi dan potensi yang ada di diri Jokowi bisa menjadi modal memenangkan pertandingan “away” nya di Jakarta. Apalagi Jokowi juga pandai membuat “berita baik”. Lihat aja baju kotak-kotak yang dipakai Jokowi-Ahok ketika mendaftar di KPU, menjadi perbincangan media, padahal baju itu adalah pilihan ajudannya dan di beli di Pasar Tanah Abang dengan harga yang relatif murah. Yaaa.. Jokowi selalu bisa keluar dari sekat kekakuan birokrasi, termasuk dalam berkostum.
Penulis: Mohamad Sofiyudin