Mewaspadai Bentrok Lanjutan Demonstran VS Polisi
Jumat (30/3), akan menjadi sejarah baru bagi pergerakan rakyat Indonesia. Bagaimana tidak, jutaan rakyat di seluruh Tanah Air akan turun serentak ke jalanan guna menolak rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), yang usulannya masih terkatung-katung hingga kini.
Khusus di ibu kota, aksi penolakan BBM dipastikan akan dihadiri puluhan ribu massa. Terbagi atas kaum buruh, dan mahasiswa. Mereka akan berunjuk rasa di Istana Kepresidenan, gedung DPR RI, dan juga sejumlah lokasi langganan demo seperti Bundaran Hotel Indonesia (HI).
Khawatir, itulah yang kini tengah dirasakan rakyat. Apalagi, desas-desus beredar jika DPR bakal tega menghiraukan suara rakyat dan memilih untuk mengesahkan kenaikan harga BBM.
Namun demikian, rakyat harus tetap mampu menjaga asa. Meski harapan yang secuil itu tengah 'diperdagangkan' oleh para anggota dewan lewat lobi-lobi antarfraksi.
Yang jelas, apapun hasilnya nanti, kekuatan rakyat telah terbentuk. Mereka siap berjuang dan telah terbukti nekat untuk memeroleh kelayakan hidup yang diidam-idamkan.
Lihat saja bentrokan di Gambir, Makassar, dan DPR. Rakyat rela babak belur dipentung dan dibogem hanya untuk mendapatkan keadilan dan kehidupan layak.
Polisi Ketar Ketir
Di sisi lain, polisi juga terus bersiap diri. Mereka, terus bersiaga untuk mengawal aksi demonstrasi besar-besaran tersebut. Bahkan untuk memperkuat barisan, polisi tak segan mengajak ratusan personel TNI.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Rikwanto mengatakan bahwa pihaknya menyiapkan 22 ribu personel, termasuk 800 anggota TNI. Kedua personel dari dua instansi berbeda itu akan bahu-membahu mengawal aksi dan menjaga obyek vital.
"Aparat Polda akan menjaga jalannya aksi dan stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). Sedangkan TNI akan menjaga objek vital, seperti bandara, pelabuhan, Istana Kepresidenan, DPR/MPR serta Depo Pertamina," ujar Rikwanto.
Tapi, apapun yang terjadi, semoga aksi penolakan BBM dapat berjalan damai. Baik polisi dan demonstran jangan sampai terpancing untuk berbuat anarkis.
Polisi diharapkan tidak represif untuk menghentikan aksi demonstran. Sebaliknya, para demonstran juga jangan sampai melumpuhkan kepentingan lain akibat unjuk rasa yang dibuatnya.