Didier Drogba dan Seni Menjatuhkan Diri
Jika Anda sudah menonton film The Raid yang fenomenal itu, pasti Anda bisa melihat bahwa akting yang paling meyakinkan di sinema tersebut dilakukan oleh Ray Sahetapy. Sebagai orang aktor veteran dengan jam terbang tinggi, akting Ray menutupi akting para pelakon lainnya yang rata-rata wajah baru di dunia akting.
Demikian juga dengan pertandingan semifinal Champions League legpertama hari Rabu lalu. Tak peduli betapa beratnya para pemain Barcelona berusaha berupaya, Didier Drogba berhasil menutupi kegemilangan aksi teatrikal mereka (yang biasanya berhasil) yang menunjukkan kehebatan striker asal Pantai Gading ini sebagai seorang aktor watak.
Ia mengeluarkan semua trik yang ada di buku untuk meyakinkan wasit, menyebabkan Drogba jatuh lebih cepat dari kurs Rupiah di tahun 1998. Berguling, meringis kesakitan, memegangi tubuh, jatuh dengan dramatis. Drogba adalah Robert de Niro di lapangan hijau. Melihat bagaimana seorang aktor junior seperti Sergio Busquets melayangkan protes kepada wasit karena aksi Drogba seperti menyaksikan salah satu sketsa absurd dari Monty Python.
Jangan salah sangka, Drogba adalah striker yang hebat dan penampilannya saat melawan Barcelona dan Tottenham Hotspur mengingatkan kita pada masa kejayaannya. Ia sangat gemar mem-bully bek yang menjaganya secara fisik dan insting golnya yang tajam menyebabkan ia bisa mencetak gol dari sudut mana pun. Kegemarannya untuk mendramatisasi kontak fisik di lapangan adalah semacam senjata tertier yang berguna jika terdesak.
Para penggemar komedi slapstick tentu tak akan lupa aksi Srimulat Drogba dan kiper Arsenal, Jens Lehmann beberapa tahun lalu saat mereka berdua saling berpura-pura disakiti untuk merebut perhatian wasit. Atau juga saat bek Manchester United, Jonny Evans, tak sengaja menendang dada Drogba yang menyebabkannya jatuh dan terkejang-kejang di lapangan. Untuk beberapa saat, semua orang menunggu apakah ada busa keluar dari mulut Drogba yang menyebabkan nyawanya terancam.
Beberapa pemain memang dikenal memiliki kegemaran untuk mendramatisasi kontak fisik di lapangan. Ini berbeda dengan aksi diving yang dilakukan tanpa kontak fisik sedikit pun seperti yang dilakukan oleh nominator Razzie Awards tahun ini, Andy Carroll beberapa pekan lalu. Drogba memang salah satu yang terbaik di industri sektor ini dan belakangan ini nama seorang aktor lapangan hijau lainnya mencuat ke permukaan, Ashley Young.
Untuk mengatakan bahwa Young gemar berpura-pura tersandung adalah salah karena dalam pertandingan melawan Queens Park Rangers dan Aston Villa memang benar ada kontak fisik dari pemain lawan. Tapi Young memang piawai untuk menyempurnakan reaksi setelah dihadang lawan dengan sebuah gerakan jatuh yang akan memaksa juri-juri cabang lompat indah di Olimpiade untuk memberi nilai sempurna.
Ternyata kegemaran Young untuk jatuh dengan dramatis tersebut sudah ditunjukkan sejak ia berbaju Watford dan Aston Villa, yang menyebabkan kemampuan itu sebagai senjata utamanya selain akselerasi cepat dan tendangan melengkung. Mungkin jika ia tidak menjadi pemain sepak bola, Young akan dikenal sebagai pelompat indah yang sukses, sejajar dengan Greg Louganis.
Walau begitu, harus diakui bahwa para pemilik gerakan jatuh terbaik menurut saya masih layak disematkan kepada para pesepakbola Italia. Tidak seperti pemain Inggris yang gemar melompat ke sana kemari, atau pemain Barcelona yang kerap berguling memegangi kaki seolah-olah baru terkena ranjau di hutan Vietnam, para pemain Italia jatuh dengan terhormat.
Anda boleh bilang saya old school, tapi Alessandro Del Piero selalu jatuh dengan elegan. Tidak ada yang dilebih-lebihkan, semua terlihat natural. Saya tak akan lupa saat aksi happening art Fabio Grosso terjatuh di kotak penalti Australia pada perdelapanfinal Piala Dunia 2008.
Chelsea akan bertandang ke kandang Barcelona untuk leg kedua dalam hitungan hari dan sangat menggiurkan untuk menyaksikan aksi apa yang akan dilakukan oleh Drogba di lapangan yang memiliki nama Busquets dalam Actors Wall of Fame. Prediksi saya, Drogba akan tetap terlihat seperti Ray Sahetapy di The Raid, sedang Busquets akan sama tidak meyakinkannya dengan akting Joe Taslim (Sersan Jaka) di awal film.
Penulis: Pangeran Siahaan