Faisal Basri: Jakarta Tidak Perlu Menjadi Megapolitan
Bakal calon Gubernur DKI Jakarta dari jalur independen Faisal Basri tidak berambisi menjadikan ibu kota sebagai megapolitan. Menurutnya, tata kota Jakarta harus menyesuaikan dengan manusia yang hidup di dalamnya.
"Dari awal perencanaan kota Jakarta sudah salah. Seharusnya tata kota menyesuaikan dengan tata manusianya. Pemerintahannya juga korup sehingga Jakarta menjadi makin tidak karuan," kata Faisal saat berkunjung ke kantor Beritasatu Media Holdings, Selasa (3/4).
Faisal menyoroti kesalahan dalam pengelolaan saluran air di Jakarta yang menimbulkan banjir. Pembangunan sarana transportasi yang hanya terpusat di Jakarta Selatan, kurangnya ruang terbuka hijau (RTH), dan pembangunan industri yang terpusat di Jakarta.
Menurut Faisal, pembangunan Jakarta tidak bisa mencontoh pembangunan kota-kota besar seperti New York dan Hong Kong.
"Tidak ada konsep megapolitan dalam pembangunan Jakarta versi saya. Jakarta bisa maju kalau daerah maju lebih cepat," ujarnya.
Pasangan Faisal dan Biem menggunakan slogan "Berdaya Bareng-Bareng". Menurut mereka, arti dari slogan tersebut adalah untuk menyelesaikan maslaah maka harus dikerjakan bersama-sama.
Sebagai seorang pengamat ekonomi, Faisal memilih menggunakan pendekatan ekonomi dalam menyelesaikan masalah Jakarta. Dia mengusulkan pemberian insentif pajak bagi pengembang properti yang bisa mengalokasikan kurang lebih 40 persen dari lahannya untuk RTH, dan revitalisasi pasar tradisional. Dia juga mengusulkan menawarkan restorasi stasiun kereta api kepada swasta.
"Dana bukan masalah untuk membangun Jakarta. Pemda bisa menerbitkan obligasi, menawarkan proyek kepada swasta. Pajak kendaraan juga sudah saatnya digunakan untuk membangun infrastruktur," ujarnya.
Dia mengatakan untuk mengurangi kemacetan harus dibangun sarana transportasi intermoda yang terintegrasi, antara kereta api, busway, dan Mass Rapid Transit (MRT).
"Stasiun digunakan untuk mengantar commuter ke kota. Busway berfungsi sebagai jari-jari yang menghubungkan stasiun dengan pusat-pusat kota. MRT digunakan untuk menghubungkan pusat-pusat bisnis," ujarnya.
Dia juga mengkritik tata kota Pemda yang terlalu memfokuskan pembangunan sarana transportasi di kawasan Jakarta Selatan.
"Selatan terlalu dimanja. mereka mempunyai tol, busway, flyover, dan rencananya MRT," ujarnya.