Golkar Harusnya Tak Terburu-Buru Tetapkan Ical sebagai Capres
Partai Golkar dinilai tak seharusnya terburu-buru menetapkan Ketua Umum Aburizal Bakrie sebagai calon presiden 2014 dari partai itu dengan meninggalkan mekanisme konvensi yang pernah dilaksanakan partai berlambang beringin itu sebelumnya.
Hal itu dinyatakan Guru Besar Ilmu Politik UI, Iberamsjah, dalam siaran persnya di Jakarta, hari ini.
Iberamsjah mengeluarkan pernyataan itu karena mengaku tergelitik oleh pertemuan Aburizal Bakrie dengan 38 ketua DPD tingkat II Partai Golkar se-Jawa Timur, di kediamannnya, di Menteng, Jakarta Pusat, Senin (2/4) lalu. Usai pertemuan itu, kepada wartawan, Aburizal menyatakan dirinya siap untuk dicalonkan sebagai capres. Ical juga setuju jika ada yang mengusulkan percepatan rapimnas partai untuk penetapan capres dari jadwal awal di Oktober 2012.
Menurut Iberamsjah, Aburizal harusnya memperhitungkan kemampuan dirinya, bukan hanya kemauan semata, sebelum menyatakan siap maju sebagai capres.
Sebab, katanya, pesaing yang akan dihadapi pada pemilu presiden 2014 kemungkinan bakal lebih baik dan lebih memiliki kemampuan dibanding calon di pemilu sebelumnya.
"Kapasitas dan kapabilitas Ical belum mencukupi untuk maju sebagai capres. Apalagi dia akan dihadang oleh persoalan Lumpur Lapindo yang belum juga terselesaikan, bahkan negara yang harus menanggung akibat luapan Lumpur tersebut," kata Iberamsjah.
Menurut dia, semestinya para elit Golkar berpikir lebih jauh untuk menghadapi dan memenangkan pemilihan presiden dengan jalan membuka pintu untuk kandidat lain di dalam partai yang mempunyai kriteria sebagai calon pemimpin atau capres.
Caranya, bisa dengan konvensi seperti yang dilakukan partai itu menjelang pemilu presiden 2004, katanya.
"Golkar punya banyak calon. Ada Jusuf Kalla dan Akbar Tandjung, lalu mantan Ketua DPR Agung Laksono, juga ada nama mantan Menteri Kelautan Fadel Muhammad, dan mungkin kader muda berkualitas lainnya. Asal dibuka kesempatan, saya kira akan banyak kandidat yang mau bersaing secara internal,” tutur dia.
Daripada buru-buru menggelar rapimnas penetapan capres, lanjut dia, lebih baik bagi Golkar untuk memanfaatkan waktu yang tersedia untuk merekrut calon potensial sebanyak-banyaknya.
”Golkar juga harus kritis. Kalau ada hasil survei mengatakan Golkar yang tertinggi, harus dipertanyakan benarkah Golkar yang tertinggi? Atau benarkan popularitas Ical memang sudah tinggi? Ini kritik saya buat agar Golkar tidak terjebak dan keliru melangkah,” kata Iberamsjah.