Golkar Tinggalkan Konvensi karena Politik Uang
Saat ditemui wartawan di Istana Negara, Selasa (24/4) sore, Agung mengatakan Partai Golkar tidak lagi mau memakai sistem tersebut sebab yang ada justru mengotak-kotakkan kader.
Lebih dari itu, politik uangnya pun parah.
"Money politics-nya nggak tahan, parah sekali, gila-gilaan. Makanya kita nggak pakai lagi. Sekarang sistem survei, hasilnya akan dikukuhkan di Rapimnas nanti," ungkap Agung.
Dikatakan Agung, dua kali sistem konvensi - di mana partai mengundang kader maupun orang luar untuk mencalonkan diri - dilakukan Golkar dianggap tidak berhasil.
Oleh sebab itu, kini Golkar menggunakan sistem survei, mengetahui lewat lembaga berbayar siapa kandidat dari Golkar yang paling mungkin dicalonkan dan menang dalam pemilihan presiden nanti.
"Survei tidak melanggar tradisi Golkar. Kalau lebih bagus survey, yah kita pakai survei," kata dia.
Agung menambahkan lembaga survei yang akan digunakan nanti bakal lebih dari satu.
Bagaimanakah jika jagoan Golkar, yakni Ketua Umum Aburizal Bakrie, tidak jadi yang nomor satu dalam survei tersebut?
Agung mengatakan belum ada hasil final, namun yang dia dengar dari Sekretaris Jenderal partai, Aburizal memang di antara jajaran partai yang mendapatkan dukungan tertinggi, termasuk dari daerah.
Sementara itu, Agung juga membantah soal adanya kemungkinan perpecahan di tubuh Golkar gara-gara pencapresan ini.
Agung berujar setiap sebelum pencapresan selalu ada banyak suara di Golkar. Namun, begitu sudah diputuskan menjadi satu nama, maka semua kader akan sepakat mengusung satu nama tersebut.
"Akhirnya sepakat, jangan sampai ada pengaruhnya terhadap kekompakan partai. Karena kalau sampai ada yang tidak kompak pasti gagal. Itu pengalaman kita selama ini," tutur Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat ini.