Jurnalisme Warga Lebih Efektif Awasi Penanggulangan Kemiskinan
Jurnalisme warga dianggap lebih berhasil dalam menyoroti berbagai penyimpangan yang terjadi dalam implementasi penyaluran bantuan untuk pengentasan kemiskinan.
Hal ini terjadi di tengah gencarnya pemberitaan media arus utama yang lebih mengutamakan gunjang ganjing dan perseteruan politik serta selebritas.
"Jurnalisme warga bisa menjadi alat untuk mengontrol bantuan luar negeri seperti dari Bank Dunia untuk warga miskin benar-benar sampai atau tidak pada penerimanya," ujar pengamat media Ignatius Haryanto akhir pekan ini. Ignatius merupakan salah satu panelis dalam Festival Jurnalisme Warga di Museum Nasional, Jakarta Pusat pada tanggal 14-15 April.
Hasil riset analisis konten media yang dilaksanakan oleh Tim Asistensi Pemberantasan Kemiskinan Bank Dunia terhadap sejumlah majalah dan surat kabar lokal dan nasional dalam kurun waktu 2007 - 2009 menunjukkan bahwa isu-isu seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT), Beras untuk Orang Miskin (Raskin), Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) atau Bantuan Siswa Miskin (BSM) hanya mengisi halaman media cetak Indonesia pada saat seremoni peresmian program, skandal penyelewengan implementasi program, atau ketika motif politik penguasa jadi sorotan menjelang pemilihan umum.
Ignatius mengatakan bahwa luputnya pemberitaan mengenai hal ini di media arus utama karena isu-isu seperti ini masih dianggap kurang menarik dan kurang patut untuk dijadikan berita.
"Jurnalisme warga berhasil mengangkat hal ini karena dilakukan oleh warga masyarakat yang langsung merasakan dampaknya dari bantuan tersebut," tambah Ignatius.
Media konvensional seperti televisi, radio, majalah, dan koran dianggap memiliki keterbatasan dalam memberitakan isu-isu yang terkait program pengentasan kemiskinan dan cenderung merekam peristiwa puncak seperti berbagai skandal korupsi tingkat tinggi.
"Pada titik inilah kita semua bisa mengambil peran melalui jurnalisme warga," ujar Mardiyah Chamim, direktur Tempo Institute yang menyelenggarakan festival ini.