Nonton Kisah Cinta Tragis Tumbuhkan Rasa Senang
Sekelompok peneliti dari Ohio State University mengetes teori tragedi paradoks, yang memperkirakan, makin sedih ceritanya, makin besar rasa senang karena melihat tragedi tersebut.
Dari kisah Romeo dan Juliet karangan Shakespeare hingga Titanic, para penonton menonton bagaimana tokoh protagonisnya memenangi orang yang ia cintai. Jadi, mengapa kita menikmati film-film sedih semacam itu?
Dalam sebuah studi yang dipimpin oleh profesor komunikasi, Silvia Knobloch-Westerwick, direkrutlah ratusan mahasiswa untuk menyaksikan film Atonement. Film ini menceritakan bagaimana sepasang muda-mudi harus terpisah, dan salah satunya terbunuh saat perang.
Sebelum dan sesudah film, para periset menanyakan beberapa hal untuk menentukan kebahagiaan para responden.
Pertanyaan-pertanyaan juga digunakan untuk mengukur variasi emosi, termasuk kesedihan sebanyak 3 kali saat film masih berlangsung.
Setelah film, para responden juga ditanyakan apakah mereka menikmati filmnya, dan bagaimana tontonan tersebut direfleksikan pada diri, tujuan, hubungan, dan hidup secara umum.
Setelah dianalisa, para peneliti yakin, kesedihan yang terjadi dari tragedi memicu 3 reaksi kunci yang mengarah kepada kenikmatan terhadap terjadinya tragedi.
Menurut penelitian ini, rasa senang setelah menonton film tragedi terjadi karena penonton jadi bisa melihat aspek-aspek positif dalam hidupnya sendiri.
Studi ini merangkum, rasa bahagia yang muncul setelah melihat tragedi meningkatkan refleksi hidup setara seiring pikiran spesifik mengenai hubungan dekat, yang pada kebalikannya, meningkatkan kebahagiaan hidup, yang secara perlahan meningkatkan rasa nyaman atas tragedi lebih lanjut.
Makin penonton memikirkan hubungan yang mereka miliki dan orang yang dicintai setelah menonton film, makin tinggi peningkatan kebahagiaan mereka.
"Cerita tragis seringkali memfokuskan pada tema cinta abadi. Ini mengarahkan penonton memikirkan orang yang ia cintai dan menghitung berkat mereka," jelas Knobloch-Westerwick.