Pelabuhan Tikus Batam Jadi "Surga" Penyelundup
Luasnya perairan Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) dan banyaknya pelabuhan tradisional membuat polisi kesulitan untuk mengamankan wilayah tersebut.
Akibatnya provinsi yang berbatasan langsung dengan Singapura dan Malaysia itu menjadi "surga" bagi pelaku kriminal. Dua yang menonjol adalah penyelundupan manusia dan narkoba.
"96 persen wilayah Kepri itu terdiri dari laut. Kami kesulitan menjaga pelabuhan-pelabuhan tak resmi atau pelabuhan tikus yang jumlahnya untuk Batam saja mencapai 70 buah. Juga ada 2.480 ribuan pulau tanpa penghuni di Kepri. Kalau ada pelaku kriminal bersembunyi di sana tentu sulit kita antisipasi," kata Dirpolair Polda Kepri Kombes Yassin Kosasih di Kepri, hari ini.
Perwira menengah ini mencontohkan, kasus penyelundupan manusia yang terjadi pada Juni tahun lalu. Saat itu, polisi menangkap kapal MV Alcia yang membawa 87 imigran asal Sri Langka di perairan Tanjungpinang. Para imigran itu kini dibawa ke Rundenim.
Lalu Januari dan Februari tahun ini ada dua kasus yang melibatkan 17 imigran asal Afghanistan yang berupaya hendak menyebrang ke Australia melalui Indonesia.
"Mereka ini masuk dari Malaysia dibantu Haji Guntur alias Zainudin yang akhirnya berhasil ditangkap Satgas People Smuggling Bareskrim Polri dan kini kita proses di Batam," bebernya yang menambahkan jika pengungkapan kasus ini mendapatkan perhatian dari AFP, polisi Kanada, dan Malaysia.
Jalur Narkoba
Direktur Narkoba Polda Kepri Kombes Agus Rohmat mengatakan Batam juga menjadi jalur masuk favorit penyelundup barang haram itu dari Malaysia yang kemudian mengedarkannya di Kepri dan provinsi lain.
"Mereka masuk ke Batam, diantaranya, melalui Sekolah Laut, Kukup, dan Pasir Gudang. Juga ada yang melalui Batam Center, lalu Pelabuhan Karimun, dan Tanjung Pinang. Modusnya dimasukan ke dalam tas hingga ditelan," bebernya.
Dalam tiga tahun ini, pada 2010 ada 280 kasus, 2011 ada 322 kasus, dan pada 2012 sampai bulan ini ada 70 kasus.