Pengamat: Kondisi Jakarta Parah Tidak Mengejutkan
Pengamat tata kota Yayat Supriatna tidak kaget dengan hasil survei konsultan bisnis ECA International yang menempatkan Jakarta sebagai salah kota terburuk di dunia. Menurut Yayat, hasil survei tersebut seharusnya menjadi cermin bagi pemerintah daerah DKI Jakarta untuk membenahi Jakarta.
"Ya itulah kalau kita lihat, kita berbicara fakta. Survey internasional menjadi cermin bagi siapapun calon pemimpin dan warga, bahwa kondisi kita seperti ini," ujar Yayat, hari ini.
ECA baru mengeluarkan hasil survei tentang kota terbaik dan terburuk di dunia. Jakarta berada di peringkat 195 berdasarkan survei yang dilakukan terhadap ekspatriat Asia, sedangkan berdasarkan survei yang dilakukan terhadap ekspatriat dari barat, Jakarta berada di posisi 229.
Posisi Jakarta berada di bawah ibu kota Kamboja, Phnom Penh dan ibukota Mongolia, Ulan Bator. Menurut ECA, buruknya kondisi Jakarta tercermin dari masalah polusi, fasilitas kesehatan umum yang buruk, dan masalah keamanan.
Yayat mengatakan permasalahan yang dihadapi Jakarta telah membuat daya tarik Jakarta sudah berkurang dan biaya hidup semakin tinggi.
"Namun masih ada kesempatan untuk mengubah tapi memang tidak bisa sekejap. Ada empat hal yang harus dirubah, kenyamanan, pekerjaan, tempat tinggal dan mobilitas," ujar Yayat.
Dia mengatakan jika Jakarta nyaman untuk ditinggali maka produktivitas akan membaik. Kenyamanan itu juga harus ditunjang dengan kemudahan dalam mobilitas.
"Sekarang jam kerja boros, tidak efisien. untuk mendapatkan tempat tinggal harus di pusat kota dan hanya bisa dimiliki oleh kelas menengah atas saja. Ditambah lagi sulit untuk bergerak karena macet," pungkasnya.