Pengamat: SBY Teledor Pilih Menteri
Burhanuddin Muhtadi, pengamat politik dari Lembaga Survei Indonesia, mengatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) teledor dalam memilih menteri dan tidak melakukan pemeriksaan secara menyeluruh.
Menteri Kesehatan, Endang Rahayu Sedyaningsih, mengundurkan diri dari posisinya karena harus berkonsentrasi terhadap pengobatannya. Endang menderita kanker paru stadium lanjut dan menjalani perawatan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusomo.
”Ini menunjukkan SBY teledor ketika mengganti nama Nila Moeloek dengan alasan gagal tes kesehatan. Penggantinya terkena masalah kesehatan,” kata Burhanuddin, dalam perbincangan telepon dengan Beritasatu.com, Jumat (27/4).
Sebagai pengingat, saat membentuk Kabinet Indonesia Bersatu II, Yudhoyono sudah “mengaudisi” Nila Juwita Anfasa Moeloek untuk mengisi posisi Menteri Kesehatan pada 2009. Namun, di saat terakhir, namanya dicoret dan digantikan oleh Endang. Pada saat itu, Nila dinyatakan tidak lolos kesehatan sehingga gagal menjadi orang nomor satu di Kementerian Kesehatan.
Burhanuddin menambahkan, selain Endang, kasus menteri yang sakit juga terjadi pada bekas Menteri Badan Usaha Milik Negara Mustafa Abubakar. Selain itu, Mohammad Ma'aruf, menteri Dalam Negeri Kabinet Indonesia I juga mengalami sakit dan digantikan oleh Mardiyanto pada 2007. Pekan lalu Kabinet SBY dan Wakil Presiden Boediono juga kehilangan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Widjajono Partowidagdo yang meninggal dunia saat melakukan pendakian di Gunung Tambora, Nusa Tenggara Barat.
”Seharusnya proses rekrutmen dilakukan menyeluruh. Apalagi selama ini didengungkan bukan hanya prinsip fit and proper test saja tapi juga dilakukan full medical check up yang dipertontonkan secara luas,” kata Burhanuddin.
Menurutnya, SBY harus memastikan agar kinerja pemerintahan tidak terganggu.
Burhanuddin mengatakan untuk wakil menteri kesehatan, Ali Ghufron Mukti, yang dari kalangan profesional bisa melaksanakan tugas yang ditinggalkan Menkes. Namun, untuk posisi Wamen ESDM harus segera diganti dari kalangan profesional untuk mendamping posisi sang menteri, Jero Wacik, yang dari kalangan politik.