Balada Jersey Sepak Bola KW
Ada pemandangan aneh saat saya mengikuti acara nonton bareng Manchester United vs Swansea di sebuah kafe di bilangan Tebet hari Minggu lalu. Mata saya menangkap beberapa penonton hadir dengan mengenakan jersey Manchester United bermotif kotak-kotak, desain yang akan dipakai untuk kompetisi musim depan. Tentu saja desain jersey tersebut masih berupa prototipe dan belum dipasarkan secara resmi.
Lalu bagaimana bisa jersey yang belum launching tersebut bisa beredar di Jakarta? Apakah mereka yang mengenakannya adalah pemenang kuis spesial yang dilakukan Manchester United? Atau mereka adalah tamu khusus yang diundang ke markas Nike di Oregon, Amerika Serikat dan dioleh-olehi jersey anyar yang belum diluncurkan?
Tentu tidak karena jersey yang mereka gunakan adalah jersey KW dengan tingkat kemiripan yang (katanya) mendekati asli, atau singkatnya, jersey mereka palsu.
Entah banyak yang menyadari atau tidak, penjualan jersey KW telah menjadi sebuah bisnis yang lumayan menguntungkan dengan pasar yang luas. Setiap awal musim dipastikan para penjaja jersey KW akan kebanjiran order dari penggemar klub sepak bola Eropa yang mendambakan baju baru seperti anak-anak di hari Lebaran.
Hampir jersey klub-klub top di liga-liga Eropa ternama tersedia dalam bursa jersey KW. Home danaway, short sleeve atau long sleeve, lengkap dengan font untuk nama dan nomor pemain sekalian dengan patch liga. Belakangan industri jersey KW semakin merajalela sehingga desain yang belum diluncurkan resmi seperti jersey Manchester United di atas pun bisa beredar dan sampai ke tangan pembeli.
Alasan utama dari maraknya bisnis jersey KW adalah ketersediaan pembeli yang sangat besar yang didorong oleh motif klasik industri barang tiruan: harga.
Jersey otentik yang dijual di toko resmi berkisar Rp600 ribu, sedang jersey KW bisa seperempat atau sepertiganya. Thailand disebut-sebut sebagai gudangnya jersey KW sehingga jersey KW sering disebut KW Thailand untuk membedakannya dengan jersey KW lokal yang menjiplak setengah hati.
Kisah-kisah tentang bagaimana penjaja jersey KW pergi ke Thailand dan pulang membawa kargo berkarung-karung jersey KW adalah semacam folklore dalam jagat peminat jersey KW.
Ada dua jenis jersey KW yang digandrungi oleh para pembeli. Yang pertama adalah jersey KW grade AAA yang desain dan detailnya mendekati jersey original, tapi berbeda dari segi bahan dan biasanya hanya tersedia 2 ukuran saja, M dan XL. Jersey KW grade AAA biasanya dilepas ke pasar di kisaran 150 ribu - 170 ribu.
Yang kedua adalah jersey KW grade ori (oksimoron, tentu saja) yang diklaim memiliki bahan dan detail yang sama dengan jersey original. Untuk ukuran pun tersedia lengkap, S/M/L/XL. Harga jersey oksimoron ini sedikit lebih mahal dari jersey KW grade AAA, biasanya 190 ribu - 200 ribu.
Tentu saja ketersediaan jersey KW ini sangat membantu para penggemar sepak bola yang ingin eksistensi dan fanatismenya terhadap klub tertentu diketahui oleh publik tapi tak sanggup untuk mengeluarkan uang lebih dari setengah juta rupiah untuk membeli jersey original.
Jika berbicara mengenai barang tiruan, maka kita pasti berbicara mengenai masalah hukum, hak cipta, dan sebagainya. Tapi sama seperti industri barang bajakan lain di negeri ini seperti DVD bajakan, CD musik bajakan, software komputer bajakan, semuanya berada dalam ranah yang abu-abu. Sumir.
Seorang kawan yang langganan membeli 3-4 jersey KW setiap tahun berujar, “Buat apa keluar uang mahal kalau bisa dapat yang murah?”
Saya tak mau larut dalam perdebatan mengenai aspek legalitas jersey tiruan, sama seperti saya tak mau ambil pusing dengan maraknya batik bercorak logo klub sepak bola Eropa yang ramai dipakai banyak orang belakang ini. Saya ingin melihatnya dari perspektif yang lain.
Beberapa orang bilang bahwa saya termasuk golongan orang yang beruntung bisa mengalokasikan dana untuk membeli jersey original. Saya memang kolektor jersey sepak bola walau koleksinya tak banyak, hanya sekitar 30-an. Tapi yang menjadi pertimbangan saya untuk membeli jersey original bukan semata-mata karena saya mampu.
Saya menganggap jersey sepak bola sebagai sebuah karya seni. Ada nilai estetis dan historis yang dimiliki oleh setiap potong dan desain jersey sepak bola yang berbeda-beda setiap tahunnya.
Karena saya menganggapnya semua barang seni, maka saya tak bisa membeli barang tiruan. Tak ada kolektor lukisan yang mau membeli lukisan Rembrandt versi KW atau artwork Jean Michel Basquiat tak akan laku dilelang jika yang ditawarkan adalah barang tiruan.
Anda tak bisa memberi perhitungan ekonomis pada sebuah karya seni, kecuali kalau memang yang menjadi tujuan adalah peningkatan status sosial secara semu, seperti mereka yang pergi mencari tas Louis Vuitton ke Mangga Dua.
Apa yang biasanya dicari pembeli dari membeli barang tiruan? Kepuasan diri? Tentu tidak. Pengakuan? Lebih mungkin. Dan dalam dunia fans sepak bola ketika pengakuan dari lingkungan sekitar adalah hal penting, saya bisa melihat kenapa bisnis jersey sepak bola KW berkembang sedemikian pesat dan akan berkembang lagi.
Lalu bagaimana bisa jersey yang belum launching tersebut bisa beredar di Jakarta? Apakah mereka yang mengenakannya adalah pemenang kuis spesial yang dilakukan Manchester United? Atau mereka adalah tamu khusus yang diundang ke markas Nike di Oregon, Amerika Serikat dan dioleh-olehi jersey anyar yang belum diluncurkan?
Tentu tidak karena jersey yang mereka gunakan adalah jersey KW dengan tingkat kemiripan yang (katanya) mendekati asli, atau singkatnya, jersey mereka palsu.
Entah banyak yang menyadari atau tidak, penjualan jersey KW telah menjadi sebuah bisnis yang lumayan menguntungkan dengan pasar yang luas. Setiap awal musim dipastikan para penjaja jersey KW akan kebanjiran order dari penggemar klub sepak bola Eropa yang mendambakan baju baru seperti anak-anak di hari Lebaran.
Hampir jersey klub-klub top di liga-liga Eropa ternama tersedia dalam bursa jersey KW. Home danaway, short sleeve atau long sleeve, lengkap dengan font untuk nama dan nomor pemain sekalian dengan patch liga. Belakangan industri jersey KW semakin merajalela sehingga desain yang belum diluncurkan resmi seperti jersey Manchester United di atas pun bisa beredar dan sampai ke tangan pembeli.
Alasan utama dari maraknya bisnis jersey KW adalah ketersediaan pembeli yang sangat besar yang didorong oleh motif klasik industri barang tiruan: harga.
Jersey otentik yang dijual di toko resmi berkisar Rp600 ribu, sedang jersey KW bisa seperempat atau sepertiganya. Thailand disebut-sebut sebagai gudangnya jersey KW sehingga jersey KW sering disebut KW Thailand untuk membedakannya dengan jersey KW lokal yang menjiplak setengah hati.
Kisah-kisah tentang bagaimana penjaja jersey KW pergi ke Thailand dan pulang membawa kargo berkarung-karung jersey KW adalah semacam folklore dalam jagat peminat jersey KW.
Ada dua jenis jersey KW yang digandrungi oleh para pembeli. Yang pertama adalah jersey KW grade AAA yang desain dan detailnya mendekati jersey original, tapi berbeda dari segi bahan dan biasanya hanya tersedia 2 ukuran saja, M dan XL. Jersey KW grade AAA biasanya dilepas ke pasar di kisaran 150 ribu - 170 ribu.
Yang kedua adalah jersey KW grade ori (oksimoron, tentu saja) yang diklaim memiliki bahan dan detail yang sama dengan jersey original. Untuk ukuran pun tersedia lengkap, S/M/L/XL. Harga jersey oksimoron ini sedikit lebih mahal dari jersey KW grade AAA, biasanya 190 ribu - 200 ribu.
Tentu saja ketersediaan jersey KW ini sangat membantu para penggemar sepak bola yang ingin eksistensi dan fanatismenya terhadap klub tertentu diketahui oleh publik tapi tak sanggup untuk mengeluarkan uang lebih dari setengah juta rupiah untuk membeli jersey original.
Jika berbicara mengenai barang tiruan, maka kita pasti berbicara mengenai masalah hukum, hak cipta, dan sebagainya. Tapi sama seperti industri barang bajakan lain di negeri ini seperti DVD bajakan, CD musik bajakan, software komputer bajakan, semuanya berada dalam ranah yang abu-abu. Sumir.
Seorang kawan yang langganan membeli 3-4 jersey KW setiap tahun berujar, “Buat apa keluar uang mahal kalau bisa dapat yang murah?”
Saya tak mau larut dalam perdebatan mengenai aspek legalitas jersey tiruan, sama seperti saya tak mau ambil pusing dengan maraknya batik bercorak logo klub sepak bola Eropa yang ramai dipakai banyak orang belakang ini. Saya ingin melihatnya dari perspektif yang lain.
Beberapa orang bilang bahwa saya termasuk golongan orang yang beruntung bisa mengalokasikan dana untuk membeli jersey original. Saya memang kolektor jersey sepak bola walau koleksinya tak banyak, hanya sekitar 30-an. Tapi yang menjadi pertimbangan saya untuk membeli jersey original bukan semata-mata karena saya mampu.
Saya menganggap jersey sepak bola sebagai sebuah karya seni. Ada nilai estetis dan historis yang dimiliki oleh setiap potong dan desain jersey sepak bola yang berbeda-beda setiap tahunnya.
Karena saya menganggapnya semua barang seni, maka saya tak bisa membeli barang tiruan. Tak ada kolektor lukisan yang mau membeli lukisan Rembrandt versi KW atau artwork Jean Michel Basquiat tak akan laku dilelang jika yang ditawarkan adalah barang tiruan.
Anda tak bisa memberi perhitungan ekonomis pada sebuah karya seni, kecuali kalau memang yang menjadi tujuan adalah peningkatan status sosial secara semu, seperti mereka yang pergi mencari tas Louis Vuitton ke Mangga Dua.
Apa yang biasanya dicari pembeli dari membeli barang tiruan? Kepuasan diri? Tentu tidak. Pengakuan? Lebih mungkin. Dan dalam dunia fans sepak bola ketika pengakuan dari lingkungan sekitar adalah hal penting, saya bisa melihat kenapa bisnis jersey sepak bola KW berkembang sedemikian pesat dan akan berkembang lagi.
Penulis: Pangeran Siahaan