Negarawan Lebih Banyak Lahir dari Parpol
Sekjen Partai Persatuan Pembangunan (PPP), M Romahurmuziy, mengatakan negarawan bisa muncul dari manapun, bahkan kebanyakan lahir dari partai politik (Parpol).
Seluruh pendiri bangsa (founding fathers) ini adalah politisi seperti Bung Karno, Sjahrir, Hatta, dan Yamin. Yang paling dekat seperti (alm) Gus Dur.
Yang menjadi masalah sekarang adalah iklim berpolitik yang lebih diwarnai pragmatisme di elit dangrass root. Kondisi itu yang kemudian mengikis keberadaan negarawan andal. Lebih lagi, hukum besi kapitalisme media juga lebih banyak memberi tempat pada politisi dan parpol berkantong tebal yang mampu membayar iklan dan advertorial. “Praktis, negarawan makin memiliki ruang gerak yang sempit," kata Rommy di Jakarta, Kamis (24/5).
Ia menanggapi pernyataan sejumlah tokoh seperti pengamat CSIS Philipus Vermonte, pakar hukum Refly Harun, dosen UGM Ari Dwipayana yang mengatakan, Parpol mengunci negawaran non parpol memimpin negara ini.
Para tokoh itu mengemukakan sejumlah produk legislatif (peraturan perundang-undangan) menjadi penghalang bagi masuknya sosok negarawan memimpin bangsa ini.
Rommy yang juga Ketua Komisi IV DPR ini menjelaskan, sosok negarawan non partai bisa saja memimpin negara ini. Caranya dengan memperlonggar syarat calon presiden (capres). Alasannya, Capres independen tidak dimungkinkan karena konstitusi tidak membolehkan hal tersebut.
"Atas kesadaran UU Pilpres No 42 Tahun 2008 yang membatasi munculnya Capres alternatif yang lebih mengedepankan negarawanlah maka PPP mengusulkan agar syarat presidential threshold disamakan dengan parliamentary threshold. Ingat bahwa, kenegarawanan SBY bisa muncul hari ini karena ada peluang mudahnya syarat pencalonan presiden pada 2004," kata Rommy.