Pentingkan Kognitif, Pendidikan Karakter Indonesia Bermasalah

Rabu, Mei 02, 2012 0 Comments



Ilustrasi.
Ilustrasi. (sumber: Antara)
Pembelajaran budi pekerti harus terserap sebagai muatan di setiap aktivitas pembelajaran yang didesain. 
 
Pendidikan karakter di dinilai Indonesia belum berhasil karena desain pembelajaran budi pekerti masih mengarah pada satu ranah kognitif, kata psikolog dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Sylvi Dewajani, hari ini.

"Desain pembelajaran budi pekerti semestinya tidak muncul sebagai suatu mata pelajaran, tetapi terserap sebagai muatan di setiap aktivitas pembelajaran yang didesain," katanya di Yogyakarta.

Ia berharap ke depan tidak ada lagi kesalahan yang sama dalam mengembangkan karakter siswa dengan membentuk "mata ajaran budi pekerti" atau "mata ajaran kepribadian" untuk menjawab tantangan pendidikan karakter dengan cara terintegrasi di dalam kandungan kurikulum tertulis serta kegiatan kokurikulum dan ekstrakurikuler. 

"Artinya, karakter yang ingin dikembangkan harus terwujud di dalam kandungan setiap mata ajaran melalui tugas dan bahan kajian, juga terwujud di dalam norma dan aturan akademik," katanya. 

Selain itu, kata dia, sekolah perlu mengembangkan kurikulum yang selama ini dianggap tersier, yakni kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler. 

Ia mengatakan, pendidikan karakter tidak dapat terjadi dalam waktu yang singkat, dalam bentuk spot mata ajaran di awal, di tengah, atau di akhir saja. 

Namun, kata dia, pendidikan karakter harus menyeluruh dan berkelanjutan. Selama kurikulum itu diterapkan, kandungan dan muatan pendidikan karakter akan juga tetap dilaksanakan. 

"Pendidikan karakter yang hanya menekankan pada satu atau dua mata kuliah tidak akan dapat menjamin tercapainya karakter siswa yang diinginkan," kata dosen Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) itu. 

Menurut dia, adanya Surat Keputusan (SK) Mendiknas Nomor 045/U/Mendiknas/2002 tentang Pelaksanaan Kurikulum di Perguruan Tinggi merupakan satu contoh yang tepat dalam usaha pengembangan karakter. 

"SK itu mensyaratkan, tujuan akhir membentuk lulusan yang berkarakter dan berkepribadian kuat harus tertuang di dalam kurikulum serta dilakukan secara simultan dalam aspek kegiatan belajar mengajar," katanya. 

Dikatakan Sylvi Dewajani, satu hal yang juga tidak bisa ditinggalkan dari penerapan pendidikan karakter adalah adanya peran guru secara optimal. Tanpa adanya "role model", karakter tidak akan dapat dikembangkan dengan baik. 

Peran model yang berkarakter merupakan kunci utama di dalam pendidikan karakter. Di sekolah, "role model" siswa adalah guru. 

"Namun, hal itu tetap harus ada jalinan kerja sama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat di dalam pengembangan karakter," kata Sylvi. 
 

DAVINA NEWS

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard.

Tentang DaVinaNews.com

Davinanews.com Diterbitkan oleh Da Vina Group Davinanews.com adalah situs berita dan opini yang memiliki keunggulan pada kecepatan, ketepatan, kelengkapan, pemilihan isu yang tepat, dan penyajian yang memperhatikan hukum positif dan asas kepatutan Davinanews.com memberikan kesempatan kepada para pembaca untuk berinteraksi. Pada setiap berita, pembaca bisa langsung memberikan tanggapan. Kami juga menyediakan topik-topik aktual bagi Anda untuk saling bertukar pandangan. Davinanews.com menerima opini pembaca dengan panjang maksimal 5.000 karakter. Lengkapi dengan foto dan profil singkat (beserta link blog pribadi Anda). Silakan kirim ke email: news.davina@gmail.com.