Rp1 M Biayai Kunjungan DPR ke Jerman
Walaupun sudah sering menuai kritik, Komisi I DPR tetap melakukan kunjungan ke Jerman yang menghabiskan anggaran mencapai Rp1 miliar.
Pascapenolakan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Jerman terhadap delegasi Komisi I di Berlin, Wakil Ketua Komisi I Hayono Isman akhirnya memberikan penjelasan mengenai agenda kunjungan mereka ke Jerman pada tanggal 22-25 April lalu.
Hayono mengatakan, dia maklum akan adanya penolakan tersebut sebab memang menurut informasi dari Duta Besar Indonesia di Jerman, sebelumnya ada Komisi I yang ke Jerman yang tidak transparan.
"Saya maklumi mereka marah namun infonya kan mereka belum terima apa agenda kunjungan kerjanya dan semoga dengan penjelasan ini akan sampai kepada teman-teman di Berlin dan kunjungan ini bukan jalan-jalan dan penghamburan," kata Hayono yang memimpin rombongan Komisi I di ruang pers DPR, siang ini.
Hayono menambahkan, kunjungan mereka ke Jerman bisa dicek akuntabilitasnya. Kalau ada anggota komisi yang membawa istri atau anak, semua ongkos mereka ditanggung sendiri.
Politikus Demokrat itu sendiri mengaku membawa istrinya. Tapi Hayono menegaskan, dirinya tak memakai uang negara. "Saat PPI menyampaikan menolak kunjungan kerja Komisi I, mereka langsung walk out dan tak sempat terima penjelasan," katanya.
Dia mengatakan, ada 11 orang dari Komisi I yang turut dalam kunjungan ke Jerman tersebut. Dia sendiri, Nurhayati Ali Assegaf, Salim Mengga, Vena Melinda, Guntur Sasono, Muchamad Ruslan, Neil Iskandar Daulay, Yorrys Raweyai, Tri Tamtomo, Heri Akhmadi, dan Luthfi Hasan Ishaaq.
Adapun total pengeluaran kunjungan kerja mereka ke Jerman yaitu US$114.873 atau sekitar Rp1.091.293.500. Ihwal agenda kunjungan yang diklaim sudah dilakukan Komisi I di Jerman, dia menjelaskan, pertama, menggelar pertemuan di Kraus Maftei Wegmen GmbH & Co. KG, pabrik MBT Leopard. Munich dengan Presiden dan CEO KMW, Frank Haun dan Christian Goettfert, Managing Director KMW.
Komisi I, kata dia, memberikan penjelasan tentang penjajakan pembelian tank leopard dan perjanjian transfer of technology sebagai bagian rencana kontrak pembelian.
Kemudian, pertemuan dengan juru bicara luar negeri fraksi CDU/CSU yakni koalisi partai berkuasa Jerman yakni Philipp Misfelder membicarakan perkembangan politik dan demokrasi di Indonesia dan berdialog soal reformasi angkatan bersenjata yang dilakukan kedua negara.
Ketiga, pertemuan RDP dengan Dubes RI, Eddy Pratomo dan Konjen RI di Frankfurt Damos Dumoli Agusman serta Konjen RI di Hamburg Marina Estella Anwar Bey.
Dalam pertemuan dengan duta besar dibicarakan antara lain rencana KBRI membangun gedung baru di Berlin yang dibeli tahun 2007 dan berlantai empat. Sebab, saat ini KBRI masih menyewa kantor.
Kemudian dibicarakan pula soal kordinasi antara dubes dengan para atase teknis. "Komisi I mendukung rencana KBRI membangun gedung KBRI di Berlin mengingat lokasi saat ini dekat dengan penjara wanita dan dirasa kurang representatif sebagai kantor perwakilan RI di Berlin," lanjutnya.
Keempat, pertemuan dengan Ketua Komisi Pertahanan Parlemen Jerman Susane Kastner. Dimana, Komisi I meminta penjelasan soal proses pembelian tank leopard dan mekanisme pembelian senjata dari Jerman.
Kelima, pertemuan dengan Parliamentary State Secretary Kementerian Ekonomi dan Teknologi Republik Federal Jerman Hans Joachim Otto. Dan pertemuan dengan State Secretary Kementerian Luar Negeri Cornelia Pieper.
Lalu, pertemuan Hayono Isman dengan beberapa anggota Parlemen Belanda menghadiri Indonesia Migrant Worker Union (IMWU) di Denhaag.