Tiga Negara Ini Paling Banyak Meretas Situs Indonesia
Serangan peretas kepada situs-situs web pemerintah dan komersil di Indonesia paling banyak berasal dari China, Rusia dan Amerika Serikat.
Untuk menangkal serangan ini, Indonesia akan bekerja sama dengan Jepang untuk membangun semacam pusat pemantauan serangan peretas yang bisa memetakan serangan-serangan yang ditujukan ke Indonesia secara real time.
“Serangan ke Indonesia paling banyak datang dari China, Russia dan Amerika Serikat,” ujar Menteri Komunikasi dan Informasi, Tifatul Sembiring, dalam jumpa pers sesudah pembukaan Konferensi Radio Asia 2012 di Jakarta, Senin (7/5).
Ia menambahkan, bahwa kemungkinan kerjasama dalam hal penanggan serangan cyber dan pemetaannya itu didemonstrasikan dan dibicarakan saat menerima kunjungan Wakil Menteri Dalam Negeri dan Komunikasi Jepang minggu lalu.
Secara terpisah, juru bicara Kementerian Komunikasi dan Informatika, Gatot Dewa Broto mengatakan dalam pertemuan itu dikemukakan, bahwa Jepang ingin berbagi pengalaman pengalaman dan informasi mengenai bagaimana cara menangani serangan cyber.
Namun untuk lebih konkritnya, bentuk kerjasama itu akan dibahas lebih lanjut dengan tim teknis di Kemkominfo dengan melibatkan ID SIRTII, atau Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure.
“Kita bisa belajar dari Jepang bagaimana menangani serangan cyber dengan lebih efektif,” ujar Gatot.
ID SIRTII mendeteksi ada 50 juta insiden keamanan internet yang serius di Indonesia pada tahun 2011, dan ada serangan peretas hingga 1.5 juta kali per harinya.
Gatot mengatakan, bahwa selama ini ID SIRTII atau pun Computer Emergency Response Team (CERT) yang ada di masing-masing lembaga pemerintah atau bisnis telah cukup efektif untuk menangkal serangan yang masuk bertubi-tubi, walau ada beberapa juga yang jebol.
“Asalnya serangan bisa dari dalam atau luar negeri,” ujar Gatot.