Anas di Atas Angin
Sebagian orang memiliki ekspetasi tinggi, bahwa Anas bakal dikenai tindakan hukum lebih jauh oleh KPK. Padahal, status Anas baru dimintai keterangan untuk menjelaskan atas tudingan yang diberikan sejumlah pihak yang diperiksa sebelumnya.
Para pihak itu antara lain mantan Bendahara Umum Partai Demokrat M Nazaruddin (mantan mitra usaha Anas di Permai Grup), Munadi Herlambang, mantan Kepala BPN Joyo Winoto, Munadi Herlambang, anggota DPR Fraksi Demokrat Ignatius Mulyono, Angelina Sondakh, Atthiyah Laila (istri Anas Urbaningrum) hingga Menpora Andi Mallarangeng.
KPK mencecar Anas selama tujuh jam lebih terkait tudingan keterlibatan dia dalam proyek senilai Rp1,17 triliun itu (versi KPK anggaran proyek sudah dialokasikan Rp2,5 triliun).
Sengkarut nama Anas di kasus ini saat M Nazaruddin menyatakan, Anas ikut mengurus pembebasan tanah Hambalang, Bogor dengan meminta Ignatius Mulyono menemui Kepala BPN Joyo Winoto.
Tidak hanya itu, Anas juga dikatakan menerima uang dari rekanan proyek Hambalang, yaitu PT Adhi Karya senilai Rp100 miliar.
Uang itu digunakan untuk pemenangan Anas sebagai Ketua Umum Partai Demokrat dalam kongres Partai Demokrat di Bandung, Mei 2010.
"Apakah saya tahu soal Hambalang, saya jelaskan saya tidak tahu apa dan bagaimana proyek Hambalang," jawab mantan Ketua Umum PB HMI itu ketika berbincang santai dengan wartawan sambil duduk di tangga gedung KPK.
Berbagai berondongan pertanyaan pers dia jawab sambil lesehan di tangga pintu masuk pintu Gedung KPK. Seperti bisa dia menunjukkan dengan mimik muka khas Anas yang kalem itu.
Ketenangan Anas saat diperiksa di hadapan penyidik KPK karena sejumlah pengurus teras Partai Demokrat ikut mendampingi seperti Saan Mustopa, Andi Nurpati, Gede Pasek Suardika serta kuasa hukumnya Denny Kailimang dan Patra M Zein. Bahkan, puluhan pendukung Anas di luar gedung KPK ikut mengawal dan memberikan dukungan moral.
"Begini, karena pada kesempatan ini justru saya mempunyai kesempatan untuk menjelaskan, klarifikasi, menjernihkan, dan mendudukkan pada apa yang sesungguhnya terjadi," ujar Anas saat ditanya kenapa dia begitu tenang menghadapi penyidikan KPK.
Sosok Anas ini jelas menunjukkan sinyal kuat kepada para lawan politiknya, khususnya di internal partai. Apalagi, pihak KPK kerap menyatakan kasus Hambalang ini akan melibatkan tokoh partai.
Terpidana kasus Wisma Atlet SEA Games 2011 M Nazaruddin juga terus mengoceh soal keterlibatan Anas maupun petinggi Demokrat seperti Andi Mallarangeng.
Posisi Anas yang ditempatkan sebagai seorang terdakwa dalam kasus ini, tentu menghantui dan memengaruhi internal Partai Demokrat. Sejumlah elite Demokrat mulai melontarkan kritik dan merisaukan elektabilitas Demokrat makin merosot gara-gara kasus korupsi para kadernya. Setelah M Nazaruddin divonis dan Angelina Sondakh ditetapkan tersangka, Anas disebut-sebut menjadi target berikutnya.
Puncaknya adalah saat Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono mengumpulkan para pendiri dan kader loyalis Partai Demokrat untuk membahas masa depan dan menghadapi berbagai persoalan yang menimpai Demokrat serta konsolidasi jelang Pemilu 2014.
Dalam ajang itu, Yudhoyono dalam pidatonya sempat menyinggung agar kader Demokrat yang terlibat kasus hukum agar legowo mengundurkan diri dari partai. Hal itu langsung diasosiasikan terkait dengan tudingan soal keterlibatan Anas dalam Hambalang. Apalagi dia juga tidak hadir di acara itu.
Pidato SBY itu langsung disamber sejumlah pengurus Demokrat seperti Ruhut Sitompul sebagai perintah agar Anas mundur secara baik-baik dari Partai Demokrat. Sikap itu agar tidak menjadi beban bagi partai dan menjaga citra partai dari kehancuran.
Tapi, agar tidak dianggap sebagai pesakitan, Anas Urbaningrum jalan terus ke daerah-daerah melakukan konsolidasi di partai. Ia pun mulai berani menyentil kebijakan pemerintah yang notabene dipimpin oleh penguasa Partai Demokrat.
Kini, posisi Anas di atas angin angin.