Jokowi: Pemimpin Harus Lepas Kepentingan Kelompok
Cagub DKI Jakarta Joko Widodo menyatakan, meski didukung oleh PDIP dan Gerindra, jika terpilih akan melepas kepentingan kelompoknya. Menurutnya, kepentingan yang didahulukan adalah kepentingan masyarakat.
"Sudah harus dilepas. Kepentingan masyarakat nomor satu," kata pria yang akrab disapa Jokowi ini usai menyapa warga Kampung Gedong, Pasar Rebo, Kamis (28/6).
Dikatakan pria yang khas mengenakan baju kotak-kotak ini, hal itu sudah dibuktikan olehnya saat mengikuti Pilkada Solo. Dituturkan meski hitung-hitungan politis di Solo, partainya hanya mempunyai 58 persen, saat pilkada kedua berlangsung mendapat dukungan hingga 98 persen.
"Kami tanpa kampanye dapat 98 persen. Itu menunjukan diterima di kelompok, dan partai," kata Walikota Solo ini.
Dikatakan, semua kelompok harus mendapat tempat yang sama. Seorang pemimpin jangan menunjukkan keberpihakan kepada partai, kelompok, atau daerah asalnya.
"Kalau jadi pemimpin jangan jadi pemimpin partainya, jangan jadi pemimpin kelompoknya. Jangan jadi pemimpin kemudian hanya menonjol-nonjolkan kedaerahannya," katanya.
Jokowi menyatakan dengan tidak memihak, seorang pemimpin dapat merangkul kelompok mana pun dan dapat dengan mudah menyampaikan visi dan misinya dalam membangun kota.
"Datangi kelompok-kelompok, sampaikan sebetulnya visi kota seperti apa dan mengajak mereka untuk ikut juga memajukan kotanya mereka juga mau kok," kata Jokowi.
Menurut Jokowi, dengan mendengar keluhan masyarakat, yang dia sebut sebagai intervensi sosial, dapat menekan kekerasan ormas yang kembali marak di Jakarta.
"Tapi kalau tidak mau turun ke bawah, tidak mau mendamaikan, menyampaikan visi kota, mengajak mereka juga ikut memajukan kotanya, ya lupakan," katanya.
Selain dengan intervensi sosial, dikatakan Jokowi dalam menangani kekerasan ormas dapat dilakukan dengan pendekatan kesejahteraan. Pendekatan ini perlu dilakukan karena akar permasalahan ormas diakibatkan banyaknya warga yang masih menganggur dan income yang msih kurang. Hal itu membuat pikiran dan emosi masyarakat mudah panas.
"Panas hidup, yang masih menganggur, income-nya kurang," katanya.
Jokowi meyakini dengan pendekatan intervensi sosial dan pendekatan kesejahteraan tanpa perlu dibubarkan oleh pemerintah, ormas-ormas yang kerap melakukan kekerasan lambat laun akan bubar dengan sendirinya. "
Tidak ada yang lain, nanti bubar sendiri-sendiri kalo sudah sejahtera. Tidak ada jurus yang lain," katanya.