Lelaki Menopause, Fakta atau Fiksi?
Sebuah studi terbaru yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicinemenyebutkan, bahwa lelaki memang bisa mengalami menopause (andropause), tapi itu langka terjadi. Mengapa? Karena kemungkinan hanya dua persen lelaki yang mengalami hal tersebut.
Andropause adalah kondisi lelaki usia tengah baya yang mempunyai gejala-gejala dan keluhan yang mirip dengan menopause pada perempuan. Istilah andropause berasal dari bahasa Yunani, "Andro" artinya lelaki sedangkan "Pause" artinya penghentian.
Jadi secara harfiah, andropause adalah berhentinya fungsi fisiologis pada lelaki. Berbeda dengan perempuan yang mengalami menopause, dimana produksi ovum dan hormon estrogen serta siklus haid berhenti dengan cara yang relatif mendadak.
Istilah lelaki menopause sebenarnya lebih dikenal dengan sebutan “akhir-onset hipogonadisme”, yang mengacu pada penurunan kadar testosteron, penurunan produksi sperma dan hormon lainnya secara perlahan. Kondisi ini tentu saja dapat menyebabkan masalah (gangguan) kesehatan seksual.
Dalam penelitiannya, sekelompok ilmuwan melihat atau memantau seberapa umum “akhir-onset hipogonadisme” yang terjadi di masyarakat, dan bagaimana gejala tersebut dikaitkan dengan tingkat testosteron.
Para peneliti mengambil sampel darah lebih dari 3.000 lelaki berusia 40-79 tahun. Kemudian mereka mengumpulkan informasi mengenai kesehatan seksual, fisik, dan psikologis. Hasil penelitian menemukan, bahwa tiga gejala majalah seksual dikaitkan dengan tingkat testosteron rendah meliputi disfungsi ereksi, penurunan dari gairah seksual, dan ereksi di pagi hari yang buruk.
Berdasarkan kriteria tersebut, para ilmuwan menemukan bahwa hanya dua persen lelaki yang memenuhi syarat untuk memiliki kondisi tersebut.
Sekadar ditehaui, kadar testosteron rendah didefinisikan sebagai: kadar testosteron total kurang dari 11 nmol per liter dan kadar testosteron bebas kurang dari 220 pmol per liter.