LSI : Golkar Naik, Demokrat Turun
Sejumlah survei yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menunjukkan elektabilitas partai Demokrat yang terus turun, sementara partai Golkar popularitasnya terus naik.
Terakhir survei LSI periode dua hingga 11 Juni tahun ini, posisi Demokrat urutan ketiga partai yang paling diminati. Sementara Partai Golkar urutan pertama, dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) urutan kedua.
"Demokrat semakin anjlok sementara Golkar makin kokoh pada posisi pertama," kata Peneliti LSI, Adjie Alfaraby dalam konferensi Pers di Rawamangun, Jakarta, Minggu (17/6).
LSI menggunakan metode multistage random sampling dengan responden awal 1200 orang melalui wawancara tatap muka dan kuesioner. Sementara margin of error survei 2,9 persen.
Hasil survei tersebut menunjukkan Golkar mendapat 20,9 persen, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) 14,0 persen dan partai Demokrat 11,3 persen.
Berikut tren penurunan elektabilitas partai Demokrat dan tren kenaikan partai Golkar menurut catatan LSI sejak tahun lalu.
Survei Januari 2011, partai Demokrat mendapatkan elektabilitas 20,5 persen, turun pada Juni 2011 menjadi 15,5 persen. Kemudian naik satu persen menjadi 16,5 persen pada Oktober 2011, turun jauh menjadi 13,7 persen pada Januari tahun ini dan terakhir menjadi 11,3 persen.
Sementara partai Golkar, pada Januari tahun lalu mendapatkan persentase 13,5 persen kemudian naik menjadi 17,9 persen pada Juni 2011. Lalu pada Oktober tahun lalu kembali naik menjadi 18,2 persen dan Januari tahun ini naik menjadi 18,9 persen. Terakhir pada survei Juni, 20,9 persen.
"Golkar menunjukkan tren yang terus menanjak dan berpotensi sebagai pemenang Pemilu," kata dia lagi.
Lebih jauh, Partai Demokrat dengan memperhitungkan margin of error berpotensi mendapatkan elektabilitas dibawah 10 persen dan menjadi partai papan tengah pada Pemilu mendatang.
Merosotnya partai Demokrat ini ditengarai tak lepas dari beberapa faktor. Yaitu, partai yang tersandera dua kasus besar, kasus wisma atlet Sea Games dan Hambalang yang mana tokoh-tokoh penting partai itu. Faktor lainnya, partai ini dianggap terlalu sibuk mengurusi persoalan internal.