Pemilukada DKI Masih 'Adem Ayem'
Pelaksanaan proses pemungutan suara Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) DKI 2012 tinggal satu bulan lagi. Tetapi, antusiasme warga Jakarta dalam menyambut pesta demokrasi lima tahunan itu masih sepi.
Buktinya, hingga kini, warga tak terlihat antusias terhadap janji atau program yang dilontarkan seluruh kandidat. Sungguh pasif.
Hal tersebut tentu sangat ironis, mengingat enam kandidat calon pemimpin Jakarta kian berlomba mengumbar program kampanye.
Demikian hasil Pusat Kajian Politik Fisip Universitas Indonesia (Puskapol UI) yang dilakukan pada 24 Mei hingga 4 Juni 2012. Survei dilakukan dengan tatap muka untuk mengetahui aspirasi warga Jakarta seputar tahapan Pemilukada dan masalah-masalah Kota Jakarta. Responden yang disurvei sebanyak 594 orang di limat wilayah DKI Jakarta.
"Warga DKI Jakarta yang sadar akan berat dan kompleksnya masalah kotanya, masih terlalu pasif dan rendah untuk mendorong pemilukada. Padahal hari pemungutan suara tinggal satu bulan lagi," kata Direktur Puskapol UI, Sri Budi Eko Wardani dalam acara Hasil Survey Aspirasi Warga tentang Pemilukada DKI Jakarta 2012 dan Masalah Kota Jakarta di Hotel Akmani, Jakarta, Senin (11/6).
Peneliti Puskapol UI, Dirga Ardiansyah, menyatakan kompetisi antarpasangan calon tampaknya masih ketat. Sebagian warga 46 persen melihat ada pasangan calon yang memiliki kemampuan mengatasi berbagai permasalahan di Jakarta. Sebagian kecil, 8 persen dengan tegas menyatakan tidak ada pasangan calon yang mampu atasi masalah Jakarta.
Tetapi sebagian besar lainnya, 42,7 persen menjawab ‘tidak tahu' atau belum memutuskan apakah pasangan calon yang berlaga sekarang ini mampu atau tidak mengatasi masalah Jakarta.
"Hal ini bisa ditafsirkan bahwa 46 peren warga sudah menentukan pilihan, tetapi sebagian besar lainnya masih belum menentukan pilihan yaitu 42,7 persen. Masa kampanye yang dimulai 24 Juni bisa jadi menjadi ajang bagi warga Jakarta untuk melihat kapabilitas calon mengatasi masalah kota Jakarta," ungkap Dirga.
Terhadap janji dan program yang ditawarkan oleh pasangan cagub dan cawagub, reponden cenderung tidak percaya pada janji atau program kampanye pasangan calon akan menghasilkan keadaan Jakarta lebih baik sebanyak 61 persen dan responden yang yakin hanya 26 persen.
Kondisi tersebut menunjukkan warga merasa apatis dengan janji atau program kampanye pasangan calon. Padahal program calon merupakan salah satu faktor penting untuk menentukan pilihan agar menghasilkan keadaan yang lebih baik. Sehingga muncul situasi kontradiksi bagi warga, yaitu pesimis jumlah calon banyak meski melihat variasi jalur pencalonan, tetapi tidak yakin dengan program pasangan calon bisa membawa keadaan terbaik bagi kota Jakarta.
Hal itu terlihat dari responden yang yakin jumlah peserta pemilukada yang banyak akan menghasilkan keadaan lebih bagi bagi warga Jakarta hanya 39 persen, sedangkan yang tidak yakin lebih mendominasi yaitu 43,7 persen dan tidak tahu sebanyak 17,3 persen.
"Makin banyak alternatif pilihan justru memunculkan keraguan akan terciptanya hasil yang membawa kebaikan bagi kota Jakarta," kata peneliti Puskapol UI Dirga Ardiansyah.
Begitu juga saat ditanya apakah optimis dengan pemilihan gubernur dan wakil gubern ur akan menghasilkan pemimpin yang mampu megnatasi berbagai permasalahan Jakarta, sebanyak 49 persen responden menyatakan tidak yakin. Hanya 40,4 responden yang yakin dan tidak tahu sebanyak 10,6 persen.