Pencapresan Ical Ancam Bebani Bisnis
Beban bisnis Grup Bakrie, yang terlihat dari utang perusahaan yang besar diprediksi dapat mengganggu kinerja usaha perseroan, dan akan berimbas terhadap pencalonan Aburizal Bakrie sebagai Presiden Republik Indonesia (RI) ditahun 2014 mendatang.
“Karena jika tidak dikelola dengan baik, utang dapat menggangu kinerja usaha, dan jika dibiarkan berlarut, tentu akan menyebabkan kebangkrutan. Namun satu hal yang harus kita pahami, utang adalah suatu hal yang wajar, tak peduli seberapa besar perusahaan itu,” tutur Direktur Evergreen Capital, Rudy Utomo.
Seperti diketahui, utang jangka panjang yang harus ditanggung Grup Bakrie berjumlah sangat besar. Nilainya bahkan bisa terus membesar (karena beban bunga yang tinggi), dan bisa menggerus kekayaan keluarga Bakrie sebagai pemegang saham mayoritas, serta menggemboskan rencana Aburizal untuk menjadi orang nomor satu di Indonesia.
PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) misalnya, hingga akhir 2011 memiliki utang senilai Rp5,4 triliun, dimana utang jatuh tempo pada tahun 2012 mencapai Rp295 miliar, yang berasal dari transaksi repo. Selain itu, perusahaan juga harus melunasi utang senilai US$437 juta dari sejumlah kreditur internasional, yang dipimpin oleh Credit Suisse.
Demi menghindari gagal bayar (default), pihaknya harus menyediakan dana agunan sejumlah US$100 juta, dengan jaminan saham Bumi Plc, yang nilainya terus melorot di London Stock Exchange.
“Jelas mereka kesulitan dalam melakukan pelunasan, jadi bisa dikatakan perusahaan ini terancam default. Meskipun mereka pasti akan melakukan segala cara untuk mencegah itu,” ujar Managing Research Indosurya Asset Management, Reza Priyambada.
Disisi lain, BNBR merupakan induk usaha Grup Bakrie yang tidak memiliki fokus usaha pasti. “Yang namanya holding bisa masuk kemana saja, yang penting menghasilkan untuk mereka. Yang harus menjadi perhatian adalah apa proyek-proyek mereka kedepan, dan dari mana pendanaanya,” lanjut Reza.
Ancaman kebangkrutan mungkin saja terjadi, terlebih jika perusahaan hanya mengandalkan gali lobang tutup lobang dalam mengelola utangnya, sementara tenor dan bunga yang harus dibayarkan justru bertambah besar.
Selain BNBR, anak usahanya yang bergerak dibidang tambang batubara PT Bumi Resources Tbk (BUMI) juga tak jauh berbeda. Perseroan memiliki utang jangka panjang senilai lebih dari US$3 miliar, dimana pada tahun ini pihaknya harus melunasi sebanyak US$638 juta.
Berturut-turut, ditahun 2013, perseroan memiliki tanggungan senilai US$1,110 miliar, 2014 US$635 juta, 2015 US$313 juta, 2016 US$450 juta dan 2017 US$700 juta. Sebagian besar utang tersebut harus dibayarkan kepada China Investment Corporation (CIC), dengan bunga yang cukup tinggi.
Terlebih marjin keuntungan perusahaan kemungkinan akan berkurang, jika nantinya aturan pembatasan ekspor batubara jadi diterapkan. Tak hanya menggerus laba usaha, hal itu juga akan menambah beban pajak perseroan, yang tentunya menambah beban keuangan BUMI.
Sementara target produksi perusahaan di tahun 2012 mencapai 75 juta ton, atau meningkat 14 persen, dan mencapai 100 juta ton di 2014 atau cenderung moderat.
Kemudian penjualan batubara BUMI berkisar diharga US$90 per ton, atau masih lebih rendah dari harga acuan yang berada di level US$110-115 per ton. “Utang, jangka panjangnya dapat menggangu cash flow perusahaan. Apalagi jika tidak ditopang dengan pengembangan usaha serta pertumbuhan pendapatan yang berkesinambungan,” tegas Presiden Direktur Astronacci International, Gema Merdeka Goeryadi.
Disamping dua perusahaan diatas, entitas bisnis Bakrie lain yang hingga akhir 2011 tercatat masih memiliki beban utang besar, adalah PT Bakrieland Development Tbk sebanyak Rp17,707 triliun, PT Energi Mega Persada sejumlah Rp11,215 triliun, PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk senilai Rp9,644 triliun.
Lalu PT Bakrie Telecom Tbk sebesar Rp7,844 triliun. PT Bumi Resources Minerals Tbk sejumlah Rp3,338 triliun. PT Berau Coal Energy Tbk senilai Rp1,535, PT Visi Media Asia Tbk sebanyak Rp822,276 miliar dan PT Darma Henwa Tbk sejumlah Rp406,165 miliar.
Dan jika sampai merugi atau bahkan dinyatakan bangkrut, pastinya akan menggerus kekayaan pemegang saham mayoritas, dan menjadi ganjalan bagi modal Aburizal untuk bertarung di 2014.