Susi Susanti: Bibit Atlet Putri Ketinggalan
Berkaca dari hasil turnamen Indonesia Super Series 2012, legenda bulu tangkis Indonesia Susi Susanti mengatakan perlunya meningkatkan regenerasi bibit atlet tunggal putri bulu tangkis Indonesia. Hal tersebut perlu dilakukan mengingat masih minimnya prestasi di sektor yang dulu sempat mengalami kejayaan di tahun 90-an.
"Saya agak prihatin dengan bibit atlet putri yang jumlahnya lebih sedikit dari bibit putra. Regenerasi untuk bibit atlet putri sedikit terlambat," kata Susi Susanti di Jakarta, hari ini.
Untuk sektor ganda campuran, Indonesia memiliki pasangan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, sedangkan untuk tunggal putra, Indonesia memiliki Simon Santoso dan Sony Dwi Kuncoro.
Menurut peraih medali emas Olimpiade Barcelona 1992 itu, minimnya prestasi di sektor tunggal putri juga disebabkan karena terjadinya satu kekosongan generasi di tahun 90-an.
"Di zaman saya, dulu ada tujuh tunggal putri. Salah satu yang paling muda dan menonjol adalah Mia Audina," kata Susi.
Sejak itu, PBSI di zamannya, menjadikan Mia Audina sebagai satu-satunya harapan untuk tunggal putri Indonesia, sementara enam atlet putri lainnya ditinggalkan.
Mia menjadi pemain termuda yang pernah membela Indonesia untuk Piala Uber saat berumur 14 tahun pada 1994.
Dia juga menjadi peraih medali perak untuk Indonesia di Olimpiade 1996 di Atlanta, Amerika Serikat.
Sejumlah prestasi lain yang pernah ditorehkan atlet kelahiran 22 Agustus 1979 tersebut antara lain, juara Indonesia Terbuka 1998, juara Jepang Terbuka 1997, juara Singapura terbuka 1997 dan membantu Indonesia meraih piala Uber tahun 1994 dan 1996.
Pada 1999, Mia kemudian menikah dengan penyanyi gospel berkebangsaan Belanda Tylio Arlo Lobman dan kemudian menetap serta menjadi warga negara Belanda.
"Ketika Mia pindah ke Belanda, maka terjadi satu kekosongan regenerasi, sehingga para atlet muda tidak bisa mendapat bimbingan senior," lanjut Susi.
Namun demikian, setelah melihat penampilan tunggal putri di turnamen Indonesia Open 2012 Super Series Premier pekan lalu, Susi mengatakan sejumlah potensi tunggal putri mulai bermunculan.
"Salah satu yang berpotensi adalah Aprilla Yuswandari. Dia sempat menyulitkan Saina (Nehwal)," kata Susi.
Aprilla menjadi satu-satunya tunggal putri Indonesia yang lolos ke babak dua turnamen setelah sebelumnya, Maria Febe Kusumastuti, Adriyanti Firdasari, dan Fanetri Lindaweni gugur di babak pertama dan kualifikasi.
Aprilla sempat merepotkan pemain India Saina Nehwal di game kedua sehingga memaksa juara Indonesia Super Series 2012 bermain tiga game 17-21, 21-14, 13-21.
"Namun, Saina adalah pemain yang ulet dan tenang. Di sini kematangan yang menjadi penentu. Terbukti di saat poin-poin kritis, Saina bisa membalikkan keadaan. Ketenangan menjadi poin penting juga di sini," kata Susi.
Susi berharap tunggal putri Indonesia bisa bangkit dalam dua hingga tiga tahun ke depan.
Kurang bersinarnya prestasi tunggal putri di turnamen paling bergengsi di Tanah Air tersebut hendaknya dijadikan evaluasi bagi induk cabang olahraga bulu tangkis PBSI untuk menyusun program yang baik, kata Susi.
"Program yang baik dan berkesinambungan harus berjalan walaupun terjadi pergantian pengurus setiap empat tahun sekali. Harus ada cetak biru program yang jelas," kata Susi.