Kalah di DKI, Golkar Yakin Menang di 2014
Ical |
Walau pasangan yang diusungnya Alex-Nono kalah telak dalam Pilkada Jakarta dengan hanya di urutan keempat, namun Partai Golkar tetap optimis akan memenangkan Pemilu Legislatif maupun Pilpres 2 tahun lagi. Kader Golkar meyakini kekalahan dalam Pemilukada tersebut tidak berimbas secara signifikan untuk Pilpres 2014 mendatang.
"Golkar tetap optimis melaju pada pemilihan legislatif dan Pilpres 2014 mendatang. Sebab perhelatan politik di DKI ini tidak bisa dijadikan barometer kekuatan Golkar secara nasional," ujar Agun di gedung DPR RI, Jakarta, Jumat (13/7). Namun menurutnya, hasil Pemilukada DKI ini memang menjadi kasus khusus bagi partainya, karena diakui Agun kalau selama ini Partai Golkar memang tidak pernah mengalami kekalahan telak dalam pemilukada yang digelar di daerah-daerah.
Dia beralasan, pendeklarasian capres Golkar yakni Aburizal Bakrie atau Ical sejak jauh-jauh hari salah satu tujuannya supaya "kasus khusus" kekalahan telah Alex-Nono tidak terulang lagi. Penetapan Alex-Nono menjadi cagub-cawagub yang hanya dalam waktu singkat sementara sosok Alex yang belum begitu dikenal di Jakarta membuatnya tidak cukup waktu untuk sosialisasi.
"Makanya karena faktor itulah kami (Golkar) sudah menilai sangat tepat mendeklarasikan pencapresan Aburizal Bakrie sejak jauh-jauh hari. Sehingga sosialisasi kepada masyarakat punya waktu yang sangat cukup dan tidak akan terlambat. Di peta politik nasional, Golkar yakin bisa meraup suara lebih banyak dibandingkan pada pemilu sebelumnya," ujar Agun yang juga Ketua II DPR ini optimis.
Terkait anggapan berbagai pihak yang selalu saja meng-dikotomikan Jawa-Non Jawa, Agun mengatakan partainya sudah tidak lagi mempersoalkan masalah itu. "Kalau menurut saya masalah suku itu bagi Golkar sudah selesai. Sebab pemilihan kami lebih dari pada figur dan kinerja mesin partai tidak ditentukan dari kesukuan.
Sebab dengan mengusung Pak Ical sebagai calon presiden, Golkar akan memaksimalkan kinerja mesin partai," pungkasnya. Berbeda dengan Agun, politisi Partai Demokrat Ruhut Sitompul justru mempersoalkan masalah kesukuan dari masing-masing capres tidak lepas dari Jawa dan non Jawa. "Bukan aku (mempersoalkan) SARA ya, tapi sekali lagi kuingatkan, kalau bukan dari suku non Jawa maka saya mohon paling tidak bekerjalah dengan melobi supaya cukup menjadi wakil presiden saja. Aburizal Bakrie itu non Jawa masih menjadi faktor penjegal capres nanti,” lontar Ruhut santai.
Dicontohkan Ruhut, dalam Pemilukada DKI terbukti kalau calon gubernur Golkar yang berasal dari Sumatera Selatan Alex Noordin kalah telak di Jakarta karena memang tidak lepas dari faktor kesukuan tersebut. "Faktor suku tersebut merupakan faktor yang tidak bisa diabaikan karena Ical berdarah Sumatera. Jadi jangan main-main kalau non jawa mau jadi capres, saya mohon introspeksi diri saja.
Memang tidak tertutup kemungkinan jika ada calon presiden dari suku di luar Jawa. Namun, si capres harus bekerja lebih keras lagi,” pungkas Ruhut. Sementara itu, Sekjen PPP Romahurmuzi menegaskan kalau kekalahan dalam Pemilukada DKI menjadi barometer akan kalah pula dalam Pemilu dan Pilpres 2014. "Kemenangan itu tidak mencerminkan peta politik untuk Pemilu 2014.
Tidak rasional menggunakan DKI yang hanya meliputi 7 juta pemilih dan 6 daerah tingkat dua sebagai barometer," ujar Romahurmuzi. Menurutnya, kemenangan Jokowi-Ahok yang diusung PDIP memang mengejutkan karena meleset dari semua survei lembaga-lembaga poling.
"Kemenangan Jokowi-Ahok adalah keberhasilan sementara dalam mengelola kegagalan konsep pasangan calon lainnya. Baik pengelolaan lapangan maupun pengelolaan kemasan yang mana pasangan ini mampu membawakan diri sebagai calon underdog yang lahir dari rakyat," pungkasnya.