Isu SARA, Indikasi Lemahnya Kreativitas Berpolitik
KOMPAS/AGUS SUSANTOIlustrasi |
Merebaknya isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) menjelang Pilkada DKI putaran dua, menurut Ketua Koordinasi Nasional Gerakan Peduli Pluralisme Damien Dematra, mengindikasikan lemahnya kreativitas dalam berpolitik.
"Isu SARA memang komoditas yang murah, sensitif, dan mudah disebarkan dalam sebuah masyarakat plural seperti di Jakarta. Namun, kampanye hitam dengan menebarkan hal-hal yang berbau SARA menunjukkan hilangnya kreativitas dalam berpolitik. Masih banyak cara lain untuk berkampanye, misalnya lewat pemaparan program, beradu visi, dan mengedepankan solusi. Bukan malah menyebarkan isu-isu SARA," ungkapnya saat dihubungiKompas.com, Selasa (31/7/2012).
Damien juga menegaskan, terbuka kemungkinan isu SARA menjelang pilkada putaran kedua ini disebarkan oleh pihak ketiga, bukan dari kedua kubu calon gubernur. Sebab, isu SARA dapat bersifat kontraproduktif, belum tentu menguntungkan pihak yang menyebarkan isu tersebut.
"Bisa saja ada pihak ketiga yang sedang mancing di air keruh. Sebab, bagi kedua cagub, isu ini kontraproduktif. Dalam hal ini berlaku psikologi terbalik, semakin isu ini dimainkan, korban bisa saja beruntung," terangnya.
Akan tetapi, Damien yakin isu SARA tidak akan berdampak signifikan. Pasalnya, warga Jakarta merupakan warga dengan tingkat rasionalitas yang tinggi. Damien memprediksi rakyat Jakarta sudah menentukan sikap mengenai siapa pasangan calon pilihan mereka dalam putaran kedua nanti. Ketetapan pilihan itu tak akan dengan mudah dipengaruhi oleh sentimen-sentimen SARA.
Redaktur: Yudi Dwi Ardian
Sumber: Kompas