PKS Konsisten dengan “Inkonsistensinya”
Dicap sebagai Partai yang Tidak konsisten PKS tidak bisa terima, karena menurut para petinggi Partai PKS, PKS justru tetap konsisten tujuan awal yaitu perubahan. Namun dengan memberikan dukungan pada Foke-Nara, banyak pihak menilai justru PKS tidak konsisten, karena yang dianggap sejalan dengan perubahan tersebut adalah Jokowi-Ahok, bukanlah Foke-Nara.
Memang logikanya kalau PKS mendukung perubahan seharusnya bukanlah Calon Incumbent yang didukung. Yang terlihat sekarang ini malah PKS Konsisten dengan Inkonsistensinya, ketidak konsistenan PKS ini sangat jelas terlihat. Pada putaran pertama, jelas-jelas PKS menghantam habis-habisan Foke, itu karena memang PKS ikut dalam kompetisi dengan mengusung Hidayat Nur Wahid dan Didiek J.Rachbini.
Pakar politik dari Universitas Indonesia, Dr Ari Junaedi, mengatakan pada Antara News, langkah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mendukung pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli dalam pemilihan gubernur-wakil gubernur DKI Jakarta putaran kedua menunjukkan partai itu konsisten dengan inkonsistensi.
Bukti sikap inkonsistensi PKS, kata Ari, bisa dibuktikan ketika Pilkada DKI Jakarta putaran pertama, PKS melalui calon gubernurnya Hidayat Nur Wahid menyerukan untuk membongkar korupsi di Jakarta.
“Pernyataan Hidayat itu secara tidak langsung menuding terjadi praktik korupsi di pemerintah yang dipimpin oleh Fauzi Bowo. Tapi mengapa malah mendukung Fauzi Bowo pada putaran kedua,” tambah dia. Langkah PKS itu, kata dia, seperti menjilat ludah sendiri karena menelan kembali apa yang dilontarkan.
Dalih lain yang dikemukakan PKS kenapa mendukung Foke-Nara, seperti yang dikatakan Sekretaris Jenderal PKS Anis Matta pada Kompas.com, ada dua alasan PKS memilih menyerahkan dukungan kepada pasangan Foke-Nara. Pertama, kata dia, untuk memenuhi harapan konstituen PKS di ibu kota setelah pasangan yang diusung, yakni Hidayat Nur Wahid-Didik J Rachbini kalah di putaran pertama.
Alasan kedua, lanjut Anis, meskipun Joko Widodo (Jokowi) memang calon yang potensial, namun pihaknya ingin agar Jokowi lebih baik menyelesaikan tugasnya sebagai Wali Kota di Solo. Pihaknya memberikan catatan negatif jika calon tersebut tidak menyelesaikan tugasnya seperti Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang berhenti menjadi anggota Dewan.
Dua alasan yang dikemukakan Anis Matta ini tidaklah cukup untuk membantah tuduhan tidak konsistennya PKS. Menentukan pilihan pada seorang calon itu adalah pilihan politik, dan setiap pilihan politik itu ada konsekwensinya, di cap sebagai partai yang tidak konsisten adalah konsekwensi pilihan politik PKS, tidak perlu PKS berargumentasi dengan panjang lebar. Masyarakat juga sudah tahu bahwa sudah tidak ada partai politik yang konsisten dengan komitmennya.
Ketidakkonsistenan PKS ini akan sangat berpengaruh pada elektabilitas PKS di Pemilu 2014, kalau PKS tidak melakukan manuver-manuver politik yang cantik, maka PKS akan ditinggalkan massa pendukungnya.
Penulis: Ajinatha