Babak Penentuan Gubernur Jakarta
Tiga hari mendatang merupakan hari penentuan bagi dua pasang calon Gubernur DKI Jakarta. Itulah kesempatan terakhir bagi pasangan Fauzi Bowo/Nachrowi Ramli dan Joko Widodo/Basuki Tjahaja Purnama untuk meyakinkan para pemilih bahwa mereka yang pantas memimpin Jakarta periode 2012-2017.
Pada putaran kedua kali ini memang tidak boleh ada kampanye terbuka. Para calon hanya boleh melakukan secara tertutup atau melalui media massa. Isinya pun hanya boleh penajaman terhadap visi dan misi yang pernah disampaikan dalam kampanye putaran pertama.
Memang terasa ketegangan dari kedua pasang calon menjelang hari penentuan. Semua mengerahkan semua kemampuan yang ada untuk meraih ambisi mereka. Para calon juga sangat sensitif terhadap segala hal yang dirasakan merugikan mereka.
Demi mengejar ambisi, sangat wajar apabila para calon ingin menjadi pemenang. Hanya saja berulangkali kita mengingatkan semua pihak untuk tidak menghalalkan segala cara. Berikan hak kepada masyarakat Jakarta untuk memilih siapa gubernur yang pantas memimpin mereka.
Menurut data, sekitar 55 persen warga sudah menentukan siapa yang akan mereka pilih pada tanggal 20 September mendatang. Masih ada sekitar 45 persen memilih yang belum menentukan ke mana pilihan akan ditetapkan.
Masa tiga hari kampanye merupakan kesempatan bagi para calon untuk terutama mempengaruhi 45 persen warga yang belum menentukan pilihannya. Untuk itu para calon harus bisa menjelaskan tentang Jakarta seperti apa yang akan dibangun dalam masa lima tahun ke depan.
Masyarakat ingin mengetahui kelebihan yang dimiliki oleh kedua pasangan calon, bukan ingin mengetahui kelemahannya. Oleh karena itu jangan lakukan kampanye yang tidak cerdas, apalagi hanya sekadar mendiskreditkan pasangan yang lain.
Kedewasaan dari para calon sangat dibutuhkan. Sebagai orang yang akan memimpin Jakarta, para calon harus menunjukkan keluasan wawasannya. Masyarakat Jakarta harus dibawa untuk berpikir besar, karena mereka akan menjadi masyarakat kelas dunia.
Tidaklah mungkin kita akan menjadikan Jakarta sebagai kota berkelas dunia kalau pemimpinnya bersikap kerdil. Keinginan menjadi gubernur hanya untuk memuaskan syahwat politik mereka saja, bukan untuk membawa masyarakat menjadi warga dunia.
Kita menghargai langkah Komisi Pemilihan Umum Daerah untuk mempertemukan para calon dan mengajak kedua pasangan untuk menggelar kampanye damai. Tiga hari mendatang bukanlah urusan hidup atau mati, tetapi investasi untuk membangun masyarakat yang lebih baik.
Pada tempatnya apabila para calon bersepakat untuk menghindarkan hal-hal yang memicu perpecahan ditingkat akar rumput. Pemilihan gubernur tidak boleh memecah-belah kita sebagai bangsa. Kita harus menempatkannya dalam konteks kesatuan Indonesia.
Jakarta sudah menjadi melting pot, tempat berkumpulnya semua suku bangsa yang ada di negara ini. Jakarta tidak ubahnya seperti New York di mana orang tidak lagi mempersoalkan dari mana asalnya, tetapi apa yang bisa disumbangkan untuk memajukan ibu kota negara ini.
Dari Jakarta kita harus memulai proses pemilihan calon pemimpin yang benar. Kita harus melihat kapasitas dan elektabilitas dari pemimpin. Gubernur Jakarta jangan hanya sosok yang dikenal baik, tetapi harus memiliki kemampuan yang membawa Jakarta ke arah kemajuan.
Bahkan kita mengharapkan gubernur terpilih nanti mau mendengar rakyatnya. Tugas pemimpin adalah memenuhi apa yang dibutuhkan dan diinginkan rakyatnya. Untuk itulah pemimpin harus dekat dengan rakyatnya, bukan sosok yang berdiri di menara gading.
Pelaksanaan Pemilihan Gubernur Jakarta tidak hanya diawasi oleh Panwaslu, tetapi juga masyarakat luas. Kita melihat lembaga swadaya masyarakat terpanggil untuk terselenggaranya pemilihan gubernur yang jujur dan adil.
Mari kita dekati pelaksanaan pemilihan gubernur ini sebagai sebuah pesta demokrasi. Untuk itu tidak perlu harus ada yang marah-marah. Kedua pasangan calon bukan hanya harus siap menang, tetapi juga siap untuk kalah.
Penulis: Suryopratomo
Sumber: Metrotvnews
|