Dari "Mie Ayam Grobakan," Pria Ini Jadi Jutawan
Wahyu Indra, pengusaha Mie Ayam Grobakan. @2012 VIVAnews/Iwan Kurniawan |
Ia bisa meraup keuntungan Rp50 juta setiap bulannya.
Siapa sangka usaha yang awalnya diciptakan untuk sang istri itu, akhirnya membuahkan hasil puluhan juta rupiah. Adalah Wahyu Indra, produser di sebuah rumah produksi, kini sukses membuka usaha mi ayam.
Saat istrinya hamil, Wahyu memutuskan untuk meneruskan sendiri usaha mi ayamnya. Usaha mi ayam itu sengaja dipilih karena merupakan kegemaran Wahyu.
Namun, usahanya itu tak langsung berjalan mulus. Pada tahun pertama membuka usaha "Mie Ayam Grobakan," ia sempat frustasi, karena mengalami kebosanan luar biasa. Wahyu yang sudah banting setir itu hampir menyerah.
Tapi, pertemuannya dengan pedagang tongseng mengubah semangatnya. Pedagang itu menceritakan jika ia baru menikmati hasil dagangannya setelah 10 tahun berdiri. Terkena razia hingga rugi menjadi pengalaman sehari-hari. Akhirnya, Wahyu bangkit dan menjadi bersemangat.
"Saya mikirnya waktu itu tukang tongseng sudah berjuang 10 tahun baru menikmati hasilnya, kok saya baru setahun sudah mau tutup saja," ujarnya ketika berbincang dengan VIVAnews.
Akhirnya, Wahyu bangkit dengan memindahkan lokasi usahanya ke tempat yang lebih strategis. Ia juga selama setahun melakukan riset untuk mencari tahu rasa mi ayam yang enak dengan meminta tetangganya menilai rasa mi ayam buatannya.
Pada 2010, Mie Ayam Grobakan mulai dimitrakan. Dan hasilnya, saat ini sudah ada 150 mitra cabang Mie Ayam Grobakan. Cabang itu 90 persen terletak di Jabodetabek dan sisanya tersebar di Pekanbaru, Bandung, Solo, Semarang, dan akan buka sebentar lagi di Yogyakarta.
Ia hanya memiliki satu tempat Mie Ayam Grobakan yang terletak di Jalan Merpati, Depok yang digunakan sebagai display dan tester jika ada mitra yang ingin bergabung. Saat ini, Wahyu fokus untuk membuat mi yang ia ciptakan khusus sebagai ciri khas rasa setiap outletnya.
Dalam sehari, Wahyu yang dibantu empat orang anak buahnya membuat 100-150 kilogram mi dan dijual ke mitranya seharga Rp24.000 per kilogram. Ia bisa meraup keuntungan Rp50 juta setiap bulannya.
Tapi, pertemuannya dengan pedagang tongseng mengubah semangatnya. Pedagang itu menceritakan jika ia baru menikmati hasil dagangannya setelah 10 tahun berdiri. Terkena razia hingga rugi menjadi pengalaman sehari-hari. Akhirnya, Wahyu bangkit dan menjadi bersemangat.
"Saya mikirnya waktu itu tukang tongseng sudah berjuang 10 tahun baru menikmati hasilnya, kok saya baru setahun sudah mau tutup saja," ujarnya ketika berbincang dengan VIVAnews.
Akhirnya, Wahyu bangkit dengan memindahkan lokasi usahanya ke tempat yang lebih strategis. Ia juga selama setahun melakukan riset untuk mencari tahu rasa mi ayam yang enak dengan meminta tetangganya menilai rasa mi ayam buatannya.
Pada 2010, Mie Ayam Grobakan mulai dimitrakan. Dan hasilnya, saat ini sudah ada 150 mitra cabang Mie Ayam Grobakan. Cabang itu 90 persen terletak di Jabodetabek dan sisanya tersebar di Pekanbaru, Bandung, Solo, Semarang, dan akan buka sebentar lagi di Yogyakarta.
Ia hanya memiliki satu tempat Mie Ayam Grobakan yang terletak di Jalan Merpati, Depok yang digunakan sebagai display dan tester jika ada mitra yang ingin bergabung. Saat ini, Wahyu fokus untuk membuat mi yang ia ciptakan khusus sebagai ciri khas rasa setiap outletnya.
Dalam sehari, Wahyu yang dibantu empat orang anak buahnya membuat 100-150 kilogram mi dan dijual ke mitranya seharga Rp24.000 per kilogram. Ia bisa meraup keuntungan Rp50 juta setiap bulannya.
Sumber: VIVAnews
Editor: Sindy Maurina