Kristiadi: Kita Sedang Mengalami Politik Sesat
Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU), Husni Kamil Manik (tengah) didampingi anggota KPU Ida Budhiati (kiri), dan Juri Ardiantoro memimpin rapat penjelasan dan verifikasi administrasi partai politik di Kantor KPU, Jakarta, Jumat (21/9/2012). Rapat dihadiri puluhan utusan partai politik yang lolos verifikasi tahap pertama. |
"Itu sebabnya kita sedang mengalami politik sesat. Partai (politik) memang dipakai untuk alat meraih kekuasaan, tapi jangan lupa, kekuasaan itu didapat dari rakyat,"
[J Kristiadi, Pengamat politik CSIS]
Pengamat politik CSIS, J Kristiadi, mengatakan, politik kini lebih didefinisikan sebagai sarana memperoleh kekuasaan melalui partai. Hal tersebut tidak benar, mengingat tujuan politik melalui partai adalah untuk menyejahterakan rakyat.
"Itu sebabnya kita sedang mengalami politik sesat. Partai (politik) memang dipakai untuk alat meraih kekuasaan, tapi jangan lupa, kekuasaan itu didapat dari rakyat," ujar Kristiadi di Hotel Santika, Jakarta, Minggu (21/10/2012).
Kristiadi mengatakan, rakyat tidak pernah dididik oleh parpol bahwa politik itu mulia. Rakyat lebih diajarkan bahwa politik adalah soal perebutan kekuasaan. Hal tersebut bertolak belakang dari inti ajaran filsafat politik.
Politik melalui peran partai, menurutnya, digunakan mencetak kader unggul melalui kaderisasi yang baik untuk mengentaskan rakyat dari kegetiran hidup.
"Problem utama yang dihadapi partai adalah tokoh-tokohnya tidak mengerti partai itu apa. Mereka itu menggunakan partai untuk segera berkuasa sehingga nilai (kaderisasi) politik tidak ada," tambahnya.
Sementara itu, Prisma Resource Center merilis hasil survei dengan pertanyaan "Apakah arti politik yang Anda ketahui?".
Sebesar 33,8 persen responden mengartikan politik sebagai partai. Selanjutnya, 21,6 persen responden mengartikan politik sebagai kekuasaan. Responden yang mengartikan politik sebagai pemerintah atau negara berjumlah 11,2 persen. Politik yang diartikan sebagai rakyat hanya didukung oleh 3,1 responden.
Survei Prisma ini diselenggarakan pada akhir Agustus hingga awal September 2012 di 33 provinsi dengan jumlah sampel 2.300 responden. Responden dipilih berdasarkan pertimbangan jender dengan komposisi responden laki-laki 50 persen dan perempuan 50 persen.
Sampling terkecil dalam survei berada pada tingkat keluarahan atau desa dengan jumlah sampel 10 responden per kelurahan atau desa. Dengan demikian, survei ini mencakup 230 kelurahan di seluruh Indonesia. Diperkirakan margin of error lebih kurang 2,1 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Editor: Gurun Ismalia
Sumber :