Tampilkan postingan dengan label Women`s Health. Tampilkan semua postingan

Komputer Bisa Membunuh Anda Pelan-pelan

Ilustrasi laptop. ©2012 Shutterstock/Dmitriy Shironosov

Di era teknologi yang serba maju, komputer dan gadget canggih ada di mana-mana. Orang-orang selalu betah duduk berlama-lama di depan layar komputer, laptop, tablet, atau smartphone. Pekerjaan rasanya juga mustahil diselesaikan tanpa alat elektronik canggih itu.
Namun apakah aktivitas di depan komputer itu baik bagi kesehatan? Sebab mata, punggung, leher, dan bagian tubuh lain seolah dipaksa bekerja keras setiap kali Anda berada di depan layar gadget. Bisa jadi, komputer dan alat-alat elektronik canggih itu sebenarnya membunuh Anda pelan-pelan. Bagaimana caranya? Simak penjelasannya seperti yang dilansir dari Health Me Upini.

1. Gangguan mata

Penggunaan komputer dalam jangka panjang mempengaruhi kesehatan mata. Sebab mata mengejang selama menatap layar kaca dalam waktu tertentu. Terutama jika Anda menolak mengistirahatkan mata.
Pada awalnya, mata mungkin hanya akan terasa kering. Namun lama-kelamaan, Anda juga bisa terancam glaukoma atau kebutaan.

2. Inflamasi

Jika Anda duduk terlalu lama sambil menatap layar komputer, ada kecenderungan tubuh mengalami radang atau inflamasi. Bagian tubuh itu adalah sekitar pergelangan tangan, siku, dan juga tendon.

3. Penyumbatan pembuluh darah

Bukan hanya mata, pembuluh darah pun akan terganggu jika Anda tidak mengistirahatkan tubuh selama menatap komputer. Pembuluh darah bagian kaki khususnya bisa tersumbat.
Jika dibiarkan, penyumbatan juga akan menyerang pembuluh darah bagian jantung dan memicu penyakit kardiovaskular.

4. Sindrom karpal

Pengulangan gerakan pada pergelangan tangan dan lamanya penggunaan jari untuk mengetik membuat lengan mengalami inflamasi. Akibatnya, Anda bisa menderita sindrom karpal.
Gejala ini diawali dengan rasa kram pada pergelangan tangan. Jika dibiarkan, kondisi akan memburuk dan Anda harus menjalani operasi untuk mengatasinya.

5. Postur tubuh buruk

Musuh utama penggunaan komputer berlebihan adalah menciptakan postur tubuh yang buruk pada Anda. Coba periksa diri sendiri di depan cermin setelah bekerja dengan komputer. Anda akan menyadarinya.
Kenapa hal ini bisa terjadi? Posisi duduk yang tidak nyaman selama berjam-jam menyebabkan nyeri pada leher, punggung, dan bahu. Postur tubuh pun terpengaruh dan membuat Anda tidak mampu tegap seperti biasanya.

6. Sirkulasi darah

Sehubungan dengan penyumbatan pembuluh darah, duduk terlalu lama di depan komputer juga membuat sirkulasi tidak lancar, khususnya pada bagian kaki.
Anda pun terancam mengidap DVT (Deep Vein Thrombosis) yang membuat kaki sakit dan bengkak akibat gumpalan pembuluh darah yang tidak lancar.

7. Nyeri

Nyeri punggung dan leher. Kedua hal itu sering dikeluhkan orang-orang yang menghabiskan waktunya di depan komputer selama seharian penuh. Nyeri tersebut jelas tidak nyaman untuk dibuat duduk, berdiri, atau berjalan.

8. Tangan sakit

Selain sindrom karpal, pergelangan tangan juga akan terasa nyeri, kaku, dan mati rasa jika Anda terus-terusan bekerja di depan layar. Maka dari itu, sempatkan diri untuk beristirahat demi menghindari kondisi ini.

9. Stres

Terakhir, terlepas dari kondisi fisik akibat komputer, alat elektonik canggih tersebut juga mempengaruhi mental Anda. Misalnya, ketika komputer tiba-tiba bermasalah di tengah pekerjaan, Anda akan langsung marah, frustasi, dan depresi.
Pada akhirnya, stres tersebut pun membuat kondisi fisik semakin buruk. Jadi, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa komputer memang bisa membunuh Anda pelan-pelan.


Sumber: Merdeka
Editor: Mia Novilia

Dampak Mengkonsumsi Obat Kimia dalam Jangka Panjang

Ilustrasi | Kucoba.com
Sudah menjadi kebiasaan banyak orang ketika ia mulai merasakan sakit seperti pusing, pegal dan kelelahan mereka langsung meminumobat, dan mereka melakuka itu setiap kali gejala sakit tersebut muncul, padahal menurut para dokter jika kita terkena pusing, pegal dan sakit lainnya kita harus tahu penyebab munculnya gejala tersebut dan kemudian menanganinya tanpa harus meminum obat terlebih dahulu. Bisa saja ketika kita pusing ternyata karena belum sarapan, atau mungkin kelelehan, mengantuk dan sebagainya. Jadi sebenarnya obat pusing tadi jika mengantu harus tidur dan selanjutnya.

Mengkonsumsi obat-obatan kimia dalam jangka panjang sangat berbahaya bagi lambung dan ginjal, karena obat kimia besifat asam, fungsinya hanya meredamkan syaraf bukan menyembuhkan akar penyakit, jika penyakit sembuh itu sebenarnya adalah kerja metabolism tubuh yang membaik dan mampu memeperbaiki sel yang rusak kembali. Kebanyakan orang salah tanggap bahwa ketika mereka mengkonsumsi obat maka penyakitnya akan sembuh. Obat-obatan kimia jika di konsumsi dalam jangka pendek memang tidak terlalu berbahaya misal, kita hanya meminumnya 1 atau 2 hari saja.

Efek yang paling buruk ketika kita keracunan obat kimia adalah terjadi luka di lambung dan menurunya fungsi ginjal bahkan yang lebih parah lagi dapat mengakibatkan kematian. Sebaiknya mulai sekarang coba hindari untuk terlalu sering dan ketergantungan terhadap obat-obatan, llebih baik anda menjaga kesehatan sebisa mungkin dengan menjaga pola makan serta pola hidup sehat yang berkualitas. Jangan sampai keinginan anda hanya ingin sembuh secara instant lalu mengkonsumsi obat kimia secara berlebihan dan di jadikan rutinitas.

Ketika anda sudah melakuan hal terbaik untuk menjaga kesehatan anda, namun belum sembuh juga ada baiknya anda mencoba pengobatan-pengobatan alami, seperti bekam, herbal dan masih  banyak lagi. Jika di hitung tarif pengobatan alami jauh lebih murah ketimbang kita menggunakan obat-obat apotek atau rumah sakit.  Jangan sampai anda menjadi orang yang mengalami ketergantungan obat kimia, karena seperti anda ketahui sendiri, efek jangka panjangnya sangat fatal.




Redaktur: Mia Novilia
Sumber: Kucoba

Celana Jeans Bisa Sebabkan Penyakit Syaraf

Ilustrasi Jeans ketat |  FOTO ANTARA/Irwansyah Putra/Koz/hp/12
Celana jeans ketat bisa mengganggu kesehatan, seperti sering merasakan kesemutan, rasa terbakar, atau mati rasa di luar paha saat menggunakannya.


Celana jeans yang Anda pakai bisa jadi penyebab masalah kesehatan yang Anda alami, terutama penyakit saraf, demikian rekomendasi sebuah penelitian seperti dikutip health.com.

Celana jeans ketat bisa mengganggu kesehatan, seperti sering merasakan kesemutan, rasa terbakar, atau mati rasa di luar paha saat menggunakannya.

Celana jeans, terutama yang tipe 'skinny jeans' adalah celana jeans super ketat yang bisa menyebabkan Meralgia Paresthetica atau kompresi saraf yang menekan saraf sensor yang bekerja pada sekitar panggul bagian depan, sehingga gejala-gejala tersebut akhirnya muncul.

"Bila Anda merasakan gejala tersebut, segera ganti celana Anda dengan yang lebih longgar untuk segera menyelesaikan masalah," kata neurolog dari Universitas Wisconsin, Christopher Luzzio.

Health.com melaporkan, bila gejala tadi tidak juga hilang saat mengganti celana, Anda mungkin membutuhkan terapi fisiologi.

"Tak jarang suntikan, bahkan pada beberapa kasus langka penderita harus menjalani operasi," demikian Luzzio.



Redaktur: Mia Novilia
Sumber: antara

Kurangilah Garam, Risiko Kanker pun Berkurang

Garam (ANTARA/Saiful Bahri)
Sebaiknya makanlah makanan yang sedikit garam dan label kandungan garam yang jelas.


Berdasarkan penelitian World Cancer Research Fund (WCRF), mengurangi makanan asin seperti lemak babi, roti, dan sarapan sereal dapat mengurangi risiko kanker perut.

Sebagaimana dilansir BBC, sebaiknya makanlah makanan yang sedikit garam dan label kandungan garam yang jelas.

Di Inggris, WCRF menyatakan bahwa 1 dari 7 kanker perut dapat diantisipasi jika orang patuh pada kadar aman mengkonsumsi garam.

Penelitian Kanker Inggris bahkan menyatakan angka ini lebih tinggi lagi.

Terlalu banyak garam tidak baik bagi tekanan darah dan dapat meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke, juga dapat menyebabkan risiko kanker.

Sebaiknya mengkonsumsi 6 gram (kira-kira satu sendok teh) per hari, tetapi WCRF menemukan setiap hari orang mengkonsumsi garam hingga 8,6 gram.

Terdapat sekitar 6.000 penyebab kanker perut di Inggris. WCRF menaksir 14 persen penyebabnya, sekitar 800, dapat dihindari jika orang mengkonsumsi garam tidak lebih dari 6 gram per hari.

"Kanker perut sulit diatasi dengan baik karena kebanyakan kasus terdetesi setelah penyakit ini sudah parah," kata Kepala Informasi Kesehatan di WCRF Kate Mendoza.

"Makanya perlu ditekankan pada pilihan gaya hidup untuk mencegah serangan pertama penyakit ini dengan mengurangi garam dan lebih banyak mengkonsumsi buah dan sayuran," tambah dia.


Redaktur: Sindy Maurina
Sumber: antara

Stres Saat Hamil Bahayakan Kesehatan Anak



Stres saat kehamilan bahayakan kondisi kesehatan anak hingga kemudian hari.
Stres saat kehamilan bahayakan kondisi kesehatan anak hingga kemudian hari. (sumber: Visualphotos)
Stres yang dialami ibu hamil bisa menempatkan bayi pada posisi berisiko alami penyakit setelah dilahirkan.  

Tingkat risiko anak terlahir dengan masalah kesehatan bila ibu yang hamil dengan keadaan stres berada pada titik 60 persen, begitu kata penelitian yang dilakukan Princeton University. 

Stres saat kehamilan menyebabkan anak berisiko mengalami masalah sindrom pernapasan mekonium (tinja kehitaman yang tersangkut di pernapasan) yang mengharuskannya dirawat di dalam ventilator di setengah jam pertama hidupnya. 

Sindrom pernapasan mekonium (umumnya tanda-tanda tekanan pada saat janin) terjadi karena pernapasan anak tercampur dengan mekonium atau tinja pertama dan cairan amniotik saat proses kelahiran. 

Para peneliti menganalisa data kelahiran dan informasi meteoroligikal untuk mencari anak-anak yang terlahir di Texas antara tahun 1996-2008 yang ibunya pada saat kehamilan menghadapi badai tropis. 

Hasilnya menunjukkan, para ibu yang tinggal dekat dengan area badai saat kehamilannya di usia trimester ketiga mengalami kemungkinan 60 persen melahirkan anak dengan kondisi tidak biasa. 

Kondisi-kondisi tidak biasa ini salah satunya adalah terpaksa dirawat menggunakan ventilator lebih dari setengah jam atau mengalami masalah pernapasan mekonium. 

Peningkatan risiko dialami tekanan terkait cuaca di trimester pertama, sementara bukti masih kurang jelas bila tekanannya terjadi di trimester kedua. 

Pemimpin penelitian ini, Profesor Janet Currie dari Princeton University mengatakan, "Penemuan terpenting dari penelitian ini, stres saat kehamilan memang benar memberi efek negatif pada bayi, namun, efeknya jauh lebih ringan ketimbang hasil penelitian-penelitian sebelumnya."

Ditambahkan Currie, yang lebih penting lagi adalah, dibutuhkan lebih banyak penelitian untuk melihat penyebab-penyebab masalah tertentu pada saat kelahiran yang bisa berakibat pada masalah kesehatan anak di masa depan ketimbang berat badan saat lahir dan kelahiran prematur. 

"Akan sangat baik bila mulai membiasakan untuk mengikuti perkembangan kesehatan dengan kondisi-kondisi semacam ini ke depannya supaya lebih mudah untuk menentukan tindakan-tindakan pencegahan yang dibutuhkan," katanya. 
 

Studi: Rasa Takut Membuat Perempuan Lebih Lama Melahirkan



Ilustrasi perempuan sedang melahirkan.
Ilustrasi perempuan sedang melahirkan. (sumber: visualphotos)
Studi ini menemukan bahwa mereka yang secara klinis takut, menghabiskan rata-rata delapan jam saat melahirkan, 90 menit lebih lama dari peremuan yang lebih santai, yang rata-rata melahirkan selama enam jam 28 menit.

Para peneliti di Norwegia melakukan penelitian pada 2.206 perempuan yang secara alami, dengan 7,5 persen perempuan fobia melahirkan. 

Para peneliti mengatakan bahwa kondisi tertentu, seperti kondisi fisiologis atau usia muda, dapat mempengaruhi ketakutan perempuan melahirkan, tetapi juga menekankan jika mayoritas perempuan yang disurvei yang takut melahirkan (89,1 persen) masih berhasil, meskipun persentase ini naik menjadi 93,2 persen pada mereka yang tidak takut melahirkan.

"Kami menemukan hubungan antara takut melahirkan dan durasi yang lebih lama saat melahirkan," kata penulis penelitian, Samantha Salvesen Adams dari University of Oslo, Norwegia. 

"Namun, penting untuk dicatat bahwa sebagian besar perempuan yang takut melahirkan berhasil melahirkan secara alami dan caesar karena pilihan tidak harus secara rutin direkomendasikan."

Para peneliti menilai takut melahirkan dengan kuesioner 33 item yang diisi pada 32 minggu kehamilan. 

Faktor umum pada perempuan yang takut melhirkan termasuk tidak pernah punya bayi sebelumnya, menggunakan obat untuk mempercepat proses melahirkan, dan yang telah menjalani persalinan alami sebelumnya menggunakan alat.

Temuan ini dipublikasikan dalam BJOG: Sebuah Jurnal Internasional Obstetri dan Ginekologi pada tanggal 27 Juni.

Beberapa praktek holistik dan terapi komplementer telah dipelajari dalam kehamilan dan persalinan, dengan teknik seperti pijat, aromaterapi, hidroterapi, dan akupresur ditemukan untuk membantu mengurangi kecemasan dan rasa sakit.
 

Duduk Kelamaan Tingkatkan Risiko Diabetes pada Perempuan



Duduk lebih lama akan tingkatkan risiko diabetes pada perempuan.
Duduk lebih lama akan tingkatkan risiko diabetes pada perempuan. (sumber: topnews)
Risiko ini tidak didapatkan pada lelaki.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa jika seorang perempuan terlalu lama duduk dapat meningkatkan risiko terkena penyakit diabetes. Pada penelitian itu, perempuan yang memiliki faktor penyebab diabetes, seperti daya tahan terhadap insulin, akan meningkat risikonya jika terlalu lama duduk. Hal tersebut tidak ditemukan pada lelaki.

“Hasil dari penelitian ini juga berpengaruh terhadap gaya hidup dan kebijakan kesehatan, sebab kami menyarankan para perempuan tidak duduk terlalu lama. Hal tersebut merupakan faktor penting dalam mencegah diabetes ke tahap yang lebih kronis,” ujar para peneliti dalam American Journal of Preventive Medicine.

Thomas Yates dari Universitas Leicester, Inggris, menganalisis informasi dari 500 orang yang tinggal di Inggris yang menghadiri seminar mengenai diabetes. Para partisipan melaporkan berapa lama mereka menghabiskan waktu untuk duduk dalam tujuh hari terakhir. Thomas juga mengambil sampel darah dari para partisipan.

Secara rata-rata, para perempuan menyatakan bahwa mereka meluangkan waktu lima jam untuk duduk per hari, sedangkan para pria meluangkan enam jam tiap hari untuk duduk-duduk.

Bagi para perempuan, duduk terlalu lama berkaitan dengan daya tahan tubuh mereka terhadap insulin dan tingginya tingkat radang, termasuk protein c-reactive (CRP) dan interleukin-6 (IL-6).

Namun, pernyataan dari penelitian itu dapat menurun keandalannya. Sebab, dari penelitian lanjutan, para peneliti juga menemukan bahwa indeks massa tubuh perempuan juga berpengaruh dalam peningkatan terjadinya diabetes.

Mungkin saja, karena perempuan memiliki berat badan di atas normal, maka mereka lebih sering duduk.

 

Olahraga Tingkat Sedang Bisa Turunkan Risiko Kanker Payudara



Ilustrasi perempuan olahraga berjalan kaki.
Ilustrasi perempuan olahraga berjalan kaki. (sumber: Visualphotos)
Perempuan yang berolahraga secara rutin tak hanya menyehatkan tubuh, tetapi sekaligus mengurangi risiko kanker payudara sekitar 30 persen. 

Konklusi di atas didapatkan oleh sekelompok peneliti dari University of North Carolina Gillings School of Global Public Health, di Chapel Hill, AS.

"Studi kami menunjukkan, aktivitas fisik dengan intensitas sedang dan bersifat rekreasional bisa memotong risiko kanker payudara," kata Lauren McCullough, pemimpin penelitian ini. 

Lebih penting lagi, kata McCullough, timnya juga menemukan adanya pengurangan risiko kanker payudara pada perempuan yang rutin berolahraga setelah memasuki masa menopause. Ini sangat penting mengingat usia lanjut adalah salah satu faktor kanker payudara.

Untuk studi ini, tim McCullough mengumpulkan data dari setidaknya 1.500 perempuan dengan kanker payudara dan sejumlah yang sama perempuan yang tak mengalami masalah kanker payudara. 

Ditemukan, perempuan yang rutin berolahraga sebelum atau saat menopause mengalami pengurangan risiko mengalami kanker payudara. 

Perempuan yang paling banyak mengalami pengurangan risiko kanker payudara adalah yang berolahraga setidaknya 10-19 jam per minggu. Jumlah pengurangannya bisa mencapai 30 persen. 

Meski ditekankan penelitian ini, berapa lama pun berolahraga tetap berpengaruh baik pada pengurangan risiko kanker payudara. 

Namun McCullough dan timnya belum menemukan jalur hubungan antara olahraga dengan pengurangan risiko kanker payudara. 

Sudah diketahui sejak lama, menjaga ukuran berat badan normal terasosiasi dengan pengurangan risiko kanker payudara. 

"Diperkirakan, pengurangan lemak tubuh bisa mengurangi eksposur terhadap sirkulasi hormon, faktor pertumbuhan, dan pro-peradangan, yang kesemuanya terhubung dengan risiko kanker payudara," katanya lagi.

Mekanisme lain menyangkut peningkatan respon imun tubuh yang meningkat, kapasitas antioksidan, serta perbaikan DNA, tambahnya. 

Salah satu ahli percaya, mencoba mengurangi risiko kanker payudara berarti menjaga gaya hidup sehat secara keseluruhan. 

"Ada makin banyak bukti yang menunjukkan, perempuan bisa mengurangi risiko terkena kanker payudara dan kanker-kanker jenis lain dengan memodifikasi gaya hidup mereka," jelas dr Stephanie Bernik, kepala bedah onkologi di Lenox Hill Hospital, NY, AS.

Perempuan yang rutin berolahraga cenderung menjalani pola hidup sehat, menjaga asupan, tidak merokok, dan tidak mengkonsumsi alkohol. 

"Sulit untuk menaruh penghargaannya hanya kepada olahraga. Karena tentu ada pengaruh pula dari upaya menjaga gaya hidup sehat. Bila Anda menjaga gaya hidup sehat, maka risiko kanker Anda pun akan menurun," jelas Bernik.  
 

Orgasme Perempuan Tergantung Dompet Pasangan?



Orgasme pada perempuan
Orgasme pada perempuan (sumber: ivillage)
"Orgasme bisa menunjukkan ikatan emosional dengan lelaki berkualitas."

Banyak yang setuju, jika uang dapat memberikan kemanan dan kepastian termasuk dalam urusan seksual. Itulah kenapa ada pendapat yang menyebutkan jika tingkatan orgasme perempuan juga dipengaruhi kekayaan (harta) pasangannya. Thomas Pollet, seorang dokter psikolog mempercayai hal tersebut ada hubungannya dengan fungsi evolusi. 

Orgasme adalah sebuah teka teki besar bagi para ahli biologi karena semuanya sangat spesifik kecuali bagi beberapa spesies binatang dengan tujuan tidak jelas. Itulah yang menyebabkan beberapa psikolog membuat kesimpulan, jika pasangan memilih berdasarkan jaminan kelangsungan hidup yakni stabilitas keuangan dalam kehidupan. Selain masalah wajah, bentuk tubuh (postur) dan daya tarik lainnya, uang menjadi salah satu hal utama untuk menjalin sebuah hubungan,

David Buss, seorang profesor psikologi dari Universitas Texas memaparkan dalam bukunya, The Evolution of Desire tentang beberapa fungsi dari orgasme.

"Orgasme bisa menunjukkan ikatan emosional dengan lelaki berkualitas (kaya raya dengan memiliki Ferarri) atau mereka dapat melayaninya dengan kemampuan seksualitas yang tinggi dan tidak akan melakukan hubungan seks dengan lelaki lain, Saat Orgasme dia berkata 'Aku sangat setia, jadi kamu harus menjamin (kehidupan) aku dan anak-anaku'." seperti yang dikutip dalam buku tersebut.

Seorang perempuan yang mengetahui bahwa pasangannya memiliki uang dan dia dianggap dapat memberikan perhatian serta jaminan kehidupan bagi anak-anak mereka akan merasa santai dalam melakukan hubungan seks dan tentu saja akan menikmatinya. 

Di China telah dilakukan penelitian besar tentang kehidupan seksual masyarakatnya, pendapatan dan beberapa lainnya. Penelitian yang menggunakan 1534 perempuan dengan menjawab sejumlah pertanyaan seputar kehidupan seks mereka menyimpulkan jika 121 dari mereka selalu mengalami orgasme selama berhubungan seksual. sementara itu 408 dari mereka merasa hanya beberapa kali namun sering, sebanyak 762 responden jarang mendapatkan orgasme dan 243 lainnya kadang-kadang bahkan tidak pernah. 

Jumlah prosentase tersebut mirip dengan penelitian yang dilakukan di negara-negara barat. Penelitian ini tentu saja mengejutkan, terutama bagi para lelaki yang seringkali mengklaim bahwa kemampuan mereka di atas ranjang yang akan memberikan orgasme pada pasangannya. 

Namun anggapan tersebut rasanya tidak terlalu jelek karena setidaknya Anda memiliki dua pilihan. Menjadi lebih kaya atau meningkatkan teknik bercinta. Anda tentu dimungkinkan membuat pasangan orgasme dengan perhatian dan keamanan keluarga Anda. 

Namun Anda tidak dapat menyalahkan proses 'evolusi' jika pasangan Anda memprotes dan mengeluhkan dompet Anda tidak terlalu tebal untuk membahagiakannya.
Sumber:Intimatemedicine.com

Hidup Sendiri Tingkatkan Risiko Kematian



Ilustrasi perempuan yang hidup sendirian.
Ilustrasi perempuan yang hidup sendirian. (sumber: Imagesourcepremium/Visualphotos)
Penanda dari situasi stres yang dapat memengaruhi efek biologis pada sistem kardiovaskular.

Hidup sendiri bisa mempercepat kematian seseorang, terutama mereka yang menderita serangan jantung dan stroke.

Demikian hasil studi terbaru yang dilakukan oleh para peneliti dari Amerika Serikat.

Peneliti dari Brigham dan Women's Hospital (BWH) menganalisis data dari 44.573 peserta dalam International Reduction of Atherothrombosis for Continued Health (REACH) Registry. 

Peserta pada risiko atau dengan aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah) dipantau selama hingga empat tahun untuk kejadian kardiovaskular. Dari 44.573 peserta, 19 persen (8594) hidup sendirian. 

Jurnal Archives of Internal Medicine melaporkan, bahwa para peneliti menemukan, peserta dengan aterosklerosis yang hidup sendiri (living alone) memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi selama empat tahun dibandingkan dengan mereka yang tidak hidup sendirian – masing-masing 14,1 persen vs 11,1 persen. 

Kematian secara khusus disebabkan oleh masalah kardiovaskular juga lebih tinggi di antara mereka yang hidup sendiri -- masing 8,6 persen vs 6,8 persen. 

Peserta usia 45-80 tahun, yang hidup sendiri, lanjut para peneliti, memiliki mortalitas (kematian) dan risiko kematian kardiovaskular yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak hidup sendirian. Namun, setelah usia 80 tahun, pengaturan tempat tinggal tampaknya tidak memainkan peran dalam risiko kematian.

Jacob Udell, ahli jantung di Brigham dan peneliti utama studi tersebut mengatakan, bahwa hidup sendiri dapat menjadi penanda dari situasi stres, seperti menutup diri dari pergaulan sosial karena pekerjaan atau alasan pribadi, yang dapat memengaruhi efek biologis pada sistem kardiovaskular.
 
"Juga pasien yang hidup sendiri dapat menghambat perhatian medis untuk menelusuri gejala terkait. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko kematian dari serangan jantung atau stroke," tutupnya.

Ingin Bahagia dan Langsing? Bangun Tidur Lebih Awal



Ilustrasi
Ilustrasi (sumber: LWA/Dann Tardif/Blend/Visualphoto)
Bisa melakukan tugas rutin di rumah sebelum berangkat kerja, tanpa dikejar-kejar waktu, sehingga terbebas dari stres.

Sebuah studi terbaru menemukan, bahwa orang yang terbiasa bangun pagi memiliki tubuh lebih ramping.

Tak hanya itu, orang yang bangun lebih awal pun akan merasa lebih bahagia dan sehat ketimbang  mereka yang bangun siang.

Para peneliti dari Universitas Roehampton menyimpulkan, bahwa mereka yang mampu bangun tidur lebih awal (pagi), mempunyai banyak waktu untuk menyelesaikan tugas-tugas domestiknya seperti menyiapkan sarapan dan bekal anak-anak ke sekolah dan bisa tiba di tempat kerja lebih awal atau tepat waktu. Semua itu mampu mereka lakukan dengan baik, tanpa merasa dikejar-kejar waktu sehingga emosinya tidak merasa tertekan atau stres. 

Berbeda dengan orang yang bangunnya telat memiliki kesempatan yang lebih tinggi merasa tertekan atau stres yang berujung pada peningkatan risiko mengalami kelebihan berat badan.

Dalam penelitiannya, para peneliti bertanya kepada 1.068 orang dewasa tentang kesehatan mereka dan kebiasaan tidurnya. Hasil penelitian menemukan, bahwa orang yang bangun pagi rata-rata beranjak dari tempat tidurnya sekitar pukul 6.58 pagi. Sementara orang yang bangunnya terlambat, sekitar pukul 8.54 pagi untuk memulai harinya. 

Pada akhir pekan kedua kelompok tersebut menikmati satu jam tambahan waktu berada dibalik selimut. Mereka baru beranjak dari tempat tidurnya sekitar pukul 7.47 pagi. Sementara orang yang tidurnya telat, masih berbaring di tempat tidurnya hingga pukul 10.09 pagi.

"Orang-orang pagi cenderung lebih sehat dan lebih bahagia, serta memiliki indeks massa tubuh lebih rendah," jelas Dr Joerg Huber dalam sebuah konferensi British Psychological Society.

Survei tersebut juga menemukan, bahwa orang yang banyak menonton televisi lebih mungkin untuk melewati sarapannya, karena telat bangun tidur.
 

Kian Besar Ukuran Dada, Makin Berbahaya



Ilustrasi
Ilustrasi (sumber: http://theinspirationroom)
"Perubahan ukuran bra tak sebagus kedengarannya," ujar Williams.

Jangan senang dulu jika ukuran payudara yang membesar. Pasalnya, itu mungkin berbahaya bagi kesehatan Anda. Hal ini diungkapkan Florence Williams, dalam buku terbarunya, Breasts: A Natural and Unnatural History.

Dalam penelitiannya, Williams menemukan bahwa ukuran bra rata-rata perempuan di Amerika Serikat meningkat dari 34B menjadi 36C. 

"Perubahan ukuran bra tak sebagus kedengarannya," ujar Williams.

Williams kemudian menjelaskan alasan yang dapat berkontribusi terhadap bertambahnya ukuran bra. Seperti bertambahnya lingkar pinggang dan faktor dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker payudara. 

Menurut sebuah studi pada 2010, 15 persen anak perempuan Amerika mulai mengalami pertumbuhan jaringan payudara saat mereka berusia tujuh tahun. Padahal umumnya, jaringan terbentuk mulai usia 9 sampai 10 tahun.

Payudara yang lebih besar memiliki konsentrasi jaringan lemak yang jauh lebih tinggi. Tubuh menyimpan racun kimia dalam sel lemak. Ini berarti payudara besar dapat menyimpan senyawa berbahaya. 

Jika banyak bahan kimia disimpan dalam jaringan payudara, kemungkinan mereka akan ditransfer ke dalam ASI pun kian besar. 

Cupang di Leher Bisa Sebabkan Stroke



Ilustrasi keintiman pada pasangan
Ilustrasi keintiman pada pasangan (sumber: sheknows)
Akibat cupangan menimbulkan memar.  

Rasanya tidak ada pernah menyangka jika ciuman atau kecupan yang merupakan salah satu simbolisasi kasih sayang ternyata menyimpan potensi bahaya untuk kesehatan. 

Seperti dilansir laman healthmeup, ciuman atau kecupan di bagian leher yang menyebabkan memar kemerahan (atau biasa dikenal dengan "cupangan") bisa menyebabkan trauma fisik. 

"Saat melakukab cupangan, pastinya ada hisapan disana. Hal tersebut dapat menyebabkan trauma dan sedikit memar dalam pembuluh darah. Setidaknya ada gumpalan pada bagian arteri yang bisa membahayakan kesehatan," papar Tedy Wu, seorang dokter yang melakukan penelitian terhadap hal tersebut. 

Menurut dokter Wu, adanya memar kemerahan akibat kecupan yang disertai gerakan menyedot bisa menyebabkan terjadinya kerusakan pada bagian arteri utama yang memicu munculnya gumpalan darah.

"Jika gumpalan tersebut terbawa sampai ke jantung, maka hal tersebut dapat menyebabkan hadirnya risiko stroke ringan yang terwujud dalam kekakuan separuh bagian tubuh," pungkasnya. 

Sauna Tak Bisa Menurunkan Berat Badan



Ilustrasi sauna.
Ilustrasi sauna. (sumber: Radius/Visualphotos)
Yang keluar dari tubuh bukanlah lemak, melainkan cairan.

Aktivitas sauna atau mandi uap tidak bisa menurunkan berat badan seseorang.

Demikian yang dikemukakan oleh Dr Hario Tilarso SpKO, Spesialis Kesehatan Olahraga dari RS Premier Bintaro. 

"Salah kaprah jika ada yang mengira sauna bisa menurunkan berat badan bagi mereka yang ingin diet," katanya di Jakarta, Selasa (29/5).

Hario menjelaskan, jika seseorang melakukan sauna maka yang keluar dari tubuhnya bukanlah lemak, melainkan cairan-cairan.

"Keluarnya cairan tersebut menimbulkan dehidrasi dan setelah kita minum air lagi maka cairannya akan kembali lagi ke tubuh kita, sementara lemaknya tidak berkurang," katanya.

Menurut Hario cara yang paling tepat menurunkan berat badan adalah dengan olahraga.

"Olahraga bisa berupa senam, lari-lari kecil, jalan kaki, renang dan lain sebagainya," katanya.

Namun demikian, lanjut Hario, olahraga harus dilakukan dengan tepat dan sesuai dengan kondisi tubuh seseorang.

Kerja Malam, Awas Risiko Kanker Payudara



Ilustrasi perempuan bekerja hingga larut malam.
Ilustrasi perempuan bekerja hingga larut malam. (sumber: Mel Stuart / Westend 61 /Visualphotos)
Empat kali lebih mungkin mengembangkan kanker payudara.

Perempuan yang rutin bekerja hingga larut malam atau bahkan hingga dini hari, empat kali lebih mungkin untuk mengembangkan kanker payudara.

Dan secara keseluruhan risikonya 40 persen lebih besar terkena penyakit tersebut dibandingkan dengan perempuan yang bekerja secara normal.

Demikian hasil temuan para ilmuwan dari Denmark, belum lama ini. 

"Hasil penelitian menunjukkan, bahwa kerja shift malam sering meningkatkan risiko kanker payudara, dan risiko itu akan semakin meningkat bila durasi kerja di malam hari semakin lama," jelas Dr Johnni Hansen, dari Danish Cancer Society, yang melakukan penelitian tersebut.

"Mereka yang bekerja hingga dini hari cenderung berisiko lebih tinggi ketimbang yang bekerja hingga sore," imbuhnya.

Dalam penelitian tersebut juga ditemukan, bahwa perempuan yang bekerja malam tiga kali atau lebih dalam seminggu selama lebih dari enam tahun, dua kali lebih mungkin terkena penyakit yang tidak diderita oleh orang yang bekerja secara normal. 

Ini terjadi, kata para peneliti, mungkin karena mereka lebih rentan terhadap gangguan jam biologis tubuhnya. 

Temuan yang dipublikasikan online dalam Occupational and Environmental Medicine, menyebutkan, bahwa perempuan yang bekerja malam, dua kali lebih besar menderita kanker payudara. 

Hasil tersebut didasarkan pada 692 tanggapan, dimana 141 berasal dari perempuan yang menderita penyakit tersebut.

Penelitian ini juga menunjukkan, bahwa kerja malam dua kali dalam seminggu ternyata tidak berdampak karena mungkin tidak cukup panjang untuk mengganggu jam biologisnya. 

Studi: Stroke Meningkat pada Ibu Hamil dan Ibu Baru




Ibu hamil.
Ibu hamil. (sumber: Louisa Stokes/Visualphotos)
Ibu hamil beresiko stroke jika mengalami obesitas, diabetes dan tekanan darah tinggi. Itu semua adalah faktor risiko stroke.

Menurut Wall Street Journal, para peneliti dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit telah menemukan tingkat perempuan hamil yang dirawat di rumah sakit karena stroke meningikat 47 persen pada 1994-1995 dan 2006-2007.

Dan kenaikan 83 persen pada perempuan yang baru meelahiran dalam tiga bulan terakhir.

Sekarang, angka-angka itu masih sangat rendah. baru-baru ini laporan surat kabar, ada 22 ibu yang dirawat inap untuk setiap 1.000 kelahiran.

Temuan yang diterbitkan dalam Stroke:Journal of the American Heart Association, menyatakan ibu hamil beresiko stroke jika mengalami obesitas, diabetes dan tekanan darah tinggi. Itu semua adalah faktor risiko stroke.

Penulis dan pemimpin studi, Elena Kuklina, ahli epidemiologi penyakit jantung CDC dan divisi pencegahan stroke, menyarankan perempuan harus menjalani tes kesehatan umum sebelum mereka berencana hamil untuk mengetahui masalah apapun sebelum membahayakan diri dan bayi dalam kandungan.


Follow Da Vina News on 
Twitter, become a fan on Facebook
Stay updated viaRSS

Berjalan Kaki Bantu Atas Depresi



Ilustrasi berjalan kaki.
Ilustrasi berjalan kaki. (sumber: freedigitalphotos/photostock)
Demikian menurut studi peneliti Marc G Berman dari Universitas Michigan, Amerika, bersama koleganya.

Berjalan kaki di taman dan berinteraksi dengan alam rupanya membantu mengatasi depresi. Demikian menurut studi peneliti Marc G Berman dari Universitas Michigan, Amerika, bersama koleganya.

Hasil studi tersebut menyebutkan bahwa berinteraksi dengan alam dapat meningkatkan fungsi kognitif dan membantu para penderita depresi untuk berkonsentrasi pada tugasnya.

Penelitian ini melibatkan 20 partisipan yang didiagnosa mengalami depresi klinis. Mereka dibagi menjadi dua kelompok secara acak, di mana kelompok pertama diminta untuk berjalan-jalan di taman dan lainnya di jalanan yang sibuk.

Sebelum mengikuti tes berjalan-jalan tersebut, partisipan terlebih dahulu menjalani tes untuk menilai kemampuan kognitif dan memori, serta suasan hati mereka. Kemudian, mereka diminta untuk memikirkan kenangan menyedihkan dalam hidupnya.

Usai berjalan-jalan para partisipan kembali mengikuti tes dan hasilnya, ditemukan 16 persen peningkatan pada tes kemampuan kognitif dan memori ketika berjalan-jalan di taman dibandingkan di jalanan yang sibuk.

Selain itu juga terjadi perubahan suasana hati yang signifikan, demikian hasil studi seperti yang dikutip dari laman Medical Daily.
 

Di Inggris, Botox Digunakan untuk Mengobati Migrain



Suntik botox tidak hanya untuk terapi kosmetik tapi juga untuk mengobati migrain.
Suntik botox tidak hanya untuk terapi kosmetik tapi juga untuk mengobati migrain. (sumber: AFP)
Botox akan mendapat persetujuan dari NHS (National Health Service) sebagai obat migrain di Inggris dan Wales. 

Selama ini, Botox terkenal untuk digunakan dalam perawatan kosmetik, untuk mengisi jaringan lunak dan menghilangkan keriput.

Namun National Institute for Health and Clinical Excellence (NICE) mengumumkan bahwa penilaian komite mendukung penggunakan injeksi Botox bagi penderita migrain yang sudah mengalami berbagai pengobatan namun tidak berfungsi. 

“Migrain kronis sangat melemahkan dan bisa mempengaruhi kualitas hidup orang. Kami sangat senang bahwa komite telah merekomendasikan Botox sebagai terapi pencegahan bagi kaum dewasa yang mengalami sakit kepala yang tak kunjung sembuh,” ujar Profesor Carole Longson, direktur pusat evaluasi teknologi kesehatan di NICE. 

NICE telah diminta untuk memberi pendapat pada NHS tentang apakah Botox, yang secara kimia dikenal sebagai botulinum toxin tipe A, akan memberikan keuntungan uang dalam mengobati migrain kronis di Inggris dan Wales. 

Organ Remaja Ini Menyelamatkan 8 Nyawa



Jemima Layzell, gadis remaja yang mendonasikan 8 organ tubuhnya.
Jemima Layzell, gadis remaja yang mendonasikan 8 organ tubuhnya. (sumber: The Telegraph)
Selain 8 organ yang sudah disumbangkan, jaringan matanya juga akan didonasikan.

Seorang gadis yang meninggal karena pendarahan otak pada usia 13 tahun, telah menyelamatkan delapan orang oleh donasi organ miliknya.

Jemima Layzell, yang bersekolah di Taunton School di Somerset, telah mengatakan pada orangtuanya bahwa ia ingin tubuhnya bisa menyelamatkan orang lain ketika kematiannya datang. Remaja ini kolaps di rumahnya di Horton, Somerset, dan meninggal di rumah sakit pada 14 Maret.

Jantungnya kemudian didonasikan pada seorang bocah berusia lima tahun, seorang remaja 14 tahun mendapatkan paru-parunya, dan livernya membantu dua bocah lelaki berusia 10 bulan dan lima tahun. Dua orang lainnya menerima ginjalnya, seorang lelaki mendapatkan pankreasnya dan usus kecilnya diperuntukkan seorang bocah berusia tiga tahun.

Jemima, yang bercita-cita menjadi seorang pengarang, juga mendonasikan jaringan matanya yang akan mengembalikan pandangan dua orang.

Orangtuanya, Harvey, 43 tahun, dan Sophy, 38 tahun berkata bahwa kemurahan hati Jemima akan tetap dikenang. “Jemima orang menyenangkan, cerdas, lucu, sangat bersemangat dan kreatif. Ia seorang seniman pintar namun berencana menjadi penulis dan meninggalkan sejumlah puisi, lagu, cerita, dan pemikiran-pemikiran serius tentang kehidupannya dan masalah dunia ini. Ia juga memikirkan dan mendiskusikan tentang kematian dan mengatakan harapannya menjadi donor organ jika ia meninggal,” kata orangtuanya.

Jemima tiba-tiba roboh di rumahnya selama persiapan ulang tahun ibunya yang ke-38 pada Maret. 

Ia mengalami sakit yang teramat sangat di kepalanya dan kehilangan kesadaran setelah mengalami pecah aneyrysm di sisi kiri otaknya. 
 

Alasan Ibu Hamil Perlu Perbanyak Konsumsi Telur dan Brokoli



Ibu hamil.
Ibu hamil. (sumber: Louisa Stokes/Visualphotos)
Kaya akan kandungan kolin yang penting untuk kesehatan anak di masa depan. 

Mengkonsumsi kolin yang banyak terkandung dalam brokoli, telur, dan susu selama kehamilan bisa membantu kurangi risiko anak mengalami diabetes atau tekanan darah tinggi di masa depan. 

Kesimpulan di atas ditemukan oleh sekelompok peneliti dari Cornell University setelah meneliti sejumlah perempuan dengan usia kehamilan di trimester akhir yang diminta mengkonsumsi kolin sebanyak 930 mg selama 12 minggu. 

Hasil riset mengungkap, konsumsi kolin tersebut mampu menurunkan kortisol (hormon stres) sebanyak 33 persen pada bayi. Hal ini dibanding dengan sekelompok perempuan hamil lain yang diminta hanya mengkonsumsi 430 mg kolin per hari. 

Asupan kolin pada responden yang level kortisolnya rendah berjumlah dua kali lipat dari yang direkomendasikan, yakni 450 mg. 

"Penelitian ini meningkatkan pengetahuan, perempuan hamil yang menambah konsumsi kolin bisa melawan efek buruk dari stres prenatal terhadap sikap, neuroendokrin, dan perkembangan metabolik pada bayi," kata salah satu peneliti, Marie Caudill, dikutip dari Huffington Post. 

Dalam pernyataannya, Caudill mengungkap, ada indikasi berkurangnya penyakit-penyakit yang berkait stres pada anak, seperti tekanan darah tinggi dan diabetes tipe 2 seumur hidup si anak nantinya, bila si ibu memperbanyak asupan kolin semasa kehamilan. 

Para peneliti mengungkap, kolin bekerja dengan cara mengurangi kortisol dengan mengubah ekspresi pola gen yang bertanggung jawab dalam pembuatan kortisol. 

Tetapi Caudill menekankan, masih butuh lebih banyak penelitian untuk mengkonfirmasi hasil riset ini, juga untuk melihat efek jangka panjang dari penambahan asupan kolin saat ibu hamil. 

Diketahui, kolin punya peran penting dalam fungsi tubuh seseorang. Setiap orang, hamil maupun tidak, direkomendasikan untuk mengkonsumsi kolin per hari. 

Menurut Linus Pauling Institute di Oregon State Universitu, untuk orang dewasa di atas 19 tahun ke atas disarankan untuk mengkonsumsi sekitar 425 mg kolin per hari untuk perempuan, sementara untuk lelaki disarankan 550 mg. Untuk anak usia antara 1-13 tahun, direkomendasikan sekitar 200-375 mg. 

Tentang DaVinaNews.com

Davinanews.com Diterbitkan oleh Da Vina Group Davinanews.com adalah situs berita dan opini yang memiliki keunggulan pada kecepatan, ketepatan, kelengkapan, pemilihan isu yang tepat, dan penyajian yang memperhatikan hukum positif dan asas kepatutan Davinanews.com memberikan kesempatan kepada para pembaca untuk berinteraksi. Pada setiap berita, pembaca bisa langsung memberikan tanggapan. Kami juga menyediakan topik-topik aktual bagi Anda untuk saling bertukar pandangan. Davinanews.com menerima opini pembaca dengan panjang maksimal 5.000 karakter. Lengkapi dengan foto dan profil singkat (beserta link blog pribadi Anda). Silakan kirim ke email: news.davina@gmail.com.