Niat Hary Tanoe Merapat ke Nasdem Murni Pengabdian (Another Side Story from Studium Generale)
Hary Tanoesoedibjo. (FOTO: Davinanews.com) |
Hary Tanoe di hadapan para mahasiswa yang mengikuti kuliah umumnya, ‘Menciptakan Entrepreneur Membangun Indonesia’ di Auditorium Fisip Universitas Atmajaya Yogyakarta, Jumat (11/4/2012) meyakinkan kami semua mengenai niat tulusnya terjun ke politik adalah murni pengabdian. Menurutnya selama 14 tahun pascareformasi 1998, bangsa Indonesia belum mengalami perubahan yang signifikan.
“Sejak reformasi sampai sekarang, apa yang sudah terbangun?” tanyanya. “Tidak ada”, jawabnya langsung. Bahkan beliau ikut menambahkan banyak pembangunan infrastruktur di berbagai tempat belum prima. “Padahal Infrastruktur seperti jalan tol itu penting. Roda perekonomian akan terputus jika terkendala infrastruktur yang buruk. Infrastruktur yang lancar akan memudahkan penghubung satu wilayah ke wilayah lainya. Jadi, perekonomian akan semakin merata tanpa terpusat dalam satu wilayah tertentu,” jelasnya.
Hary Tanoe menilai kelemahan Indonesia terletak pada kebijakan ekonomi yang dibuat pemerintah. Untuk industi yang baru tumbuh namun belum mempunyai akar yang kuat sudah dibuka untuk asing. “Saya tidak pernah pesimistis dalam hidup, tetapi selalu optimistis. Indonesia pasti bisa menjadi negara sangat besar, super power, selama perekonomian maju, bagaimana bisa maju kalau akses infrastruktur saja tidak bisa terbangun,” jelasnya.
Kondisi itulah yang menjadi pertimbangannya dalam memutuskan terjun ke bidang, politik dengan satu tujuan mulia “memperjuangkan perubahan”.”Banyak orang tanya kepada saya mengapa saya kok mau-maunya terjun ke politik karena secara otomatis waktu untuk mengurus perusahaan, waktu untuk keluarga berkurang,” ungkapnya. Inti jawaban dari pertanyaan itu adalah karena dirinya merasa kecewa terhadap kebijakan pemerintah. Untuk itu diperlukan cara melakukan tindakan konkret dalam melakukan perubahan yaitu dengan masuk politik. Lebih lanjut Partai yang dinilainya mampu melakukan perubahan itu adalah Nasional Demokrat. Tanpa segan Hary Tanoe berani bertaruh mengenai peluang Nasdem menjadi partai no.1 pada pemilu mendatang. Keyakinan ini mendorong totalitasnya dalam mengurus partai Nasdem.
Kuliah umum berjalan dinamis dengan banyaknya pertanyaan kritis dari mahasiswa yang dilemparkan kepada Hary Tanoe. Beberapa yang menarik adalah pertanyaan mengenai kebijakan Hary terhadap wartawannya apabila dihadapkan pada permasalahan yang sama seperti kasus Luviana dari Metro TV. Hary menyatakan selalu memberikan kebebasan berpendapat bagi wartawannya. Kepada wartawannya ia selalu menekankan obyekrivitas dan berimbang dalam pemberitaannya. (beneran nih Pak HT?).
Pertanyaan menarik lainnya mengenai iklan Nasdem banyak muncul pada stasiun tv miliknya dan Surya Paloh (Pendiri Nasdem). Pertanyaan itu membuat Hary buru-buru mengklarifikasi,”Semua orang kan boleh beriklan, tapi syaratnya satu yaitu membayar dan Nasdem membayar. Demokrat mau iklan juga boleh, syaratnya bayar.”timpalnya. Sontak tanggapan Hary menimbulkan tawa dari kami semua yang tak mengira jawaban tersebut akan keluar dari mulut Hary. Tidak puas dengan jawaban Hary, sang penanya mengejar dengan pertanyaan lanjutan mengapa tidak ada iklan Nasdem di stasiun tv lainnya. Hary mengaku berencana seperti itu, semuanya ada prosesnya.
Soal niatnya untuk berkiprah dalam duia politik melalui Nasional Demokrat adalah murni pengabdian saya masih menyangsikannya, yang jelas masuknya Hary Tanoesoedibjo sebagai Ketua Dewan Pakar Partai Nasionalis Demokrat menambah panjang daftar penguasa media yang masuk ranah politik. Setelah sebelumnya Surya Paloh sendiri yang mendirikan Partai Nasional Demokrat. Selain kedua nama ini, Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie, juga merupakan salah satu penguasa media yang siap bertarung dalam pemilihan Presiden 2014 nanti. Tapi semoga saja saya yang salah, bahwa kata-kata pengabdian itu memang benar-benar terjadi.
Kita lihat saja bagaimana suasana pertarungan para bos media pada pemilu 2014. Benarkah Nasdem akan menjadi nomor satu? Saya juga menunggu kemunculan iklan Nasdem di stasiun tv lainnya. Politik memang penuh intrik dan menyimpan misteri.