Jokowi Memberikan “Roh Kehidupan”

Minggu, September 09, 2012 , , 0 Comments



Telah banyak pesan negatif diberikan kepada Jokowi. Tujuan dari pesan itu adalah untuk menunjukkan bahwa Jokowi tidak mampu memimpin DKI Jakarta.

Di antaranya disampaikan bahwa jumlah orang miskin meningkat, di Solo ada kemacetan, ada banjir ( bahkan juga di rumah Walikota ). Bahkan juga ada yang menyatakan adanya penggelapan dalam hal keuangan.

Sebenarnya kalau orang mau mencari sisi negatif dari Jokowi pasti akan mudah menemukan, sebab tidak mungkin seorang sempurna. Demikian juga tidak semua orang suka kepada Jokowi, termasuk dari orang Solo sendiri. Jadi kalau orang yang menginginkan mendapat data negatif tentang Jokowi cukup mencari orang yagn tidak suka tersebut, maka segera dapat menemukannya.

Namun bagi saya data negatif tentang Jokowi tidak bisa mengubah fakta bahwa Jokowi adalah walikota yang luar biasa bagi kota Solo. Apakah yang membuat Jokowi hebat ?
Solo adalah kota dengan banyak kekuatan. Sebagai pusat kerajaan yang lebih tua dari Jogjakarta, Solo tentu memiliki warisan yang luar biasa. Ada banyak karya budaya masa lalu yang tersimpan, budaya masa kini yang terus berkembang, dan budaya asing yang sedang datang.

Keberadaan budaya seperti itu membuat Solo sangat kaya. Karenanya disana kita bisa menemukan empu, sastrawan, pelukis, penari, pengrawit, perupa, dalang, dan sebagainya.
Solo juga kota perjuangan. Solo bagian dari perjuangan, baik dari masa kerajaan, pada jaman kebangkitan nasional, maupun pada masa perjuangan kemerdekaan. Ada tokoh-tokoh nasional yang pernah merasakan masa belajar di Solo. Ada pergerakan yang digagas di Solo, maupun pergerakan yang bersifat lokal, namun berdampak nasional. Para Raja adalah tokoh pergerakan. Raja-raja Keraton Kasunanan Surakarta adalah tokoh-tokoh pergerakan , demikian juga para adipati Pura Mangkunegaran.

Demikian Solo juga menjadi kota pelajar. Meskipun jumlah sekolah tidak sebanyak jogja, namun Solo juga memberi sumbangsih terhadap perkembangan pendidikan di Indonesia. Baiquni, Sutami, Harmoko, adalah beberapa nama-nama dari banyak nama yang pernah belajar di Solo.

Namun kekayaan Solo yang sedemikian itu selama ini tidak tergarap dengan baik. Sejak saya berada di Solo tahun 1974 hingga sekarang, saya tidak menemui walikota yang mampu melihat kekayaan kota ini dan kemudian mampu menghidupkannya. Atau tahu bahwa kota ini kaya, namun tidak tahu dan tidak mampu harus berbuat apa.
Akibatnya kota Solo yang kaya itu malah nampak makin redup pamornya, dan hanya bangga dengan masa lalunya.

Ketika jokowi menjadi Walikota pada tahun2005. orang memandang tidak akan ada sesuatu yang luar biasa. Orang hanya tahu Jokowi seorang pengusaha dan pasti berpikir beda dengan pejabat sebelumnya.

Apalagi pada waktu itu Solo dibebani persoalan sisa-sisa sisi negatif reformasi, yaitu adanya pedangang kaki lima yang muncul dimana-mana dan pandangan negatif karena pembakaran balaikota .

Tentang pedangan kakli lima persoalan rutama adalah yagn berada di sekitar momumen perjuangan Banjarsari dan di sekitar stadion Manahan. Walilkota sebelumnya tidak mampu melakukan penataaan terhadap keberadaan pedagang kaki lima ini.

Namun selang beberapa waktu jokowi memimpin kota Solo, warga solo mulai merasakan sesuatu yang berbeda. Ketika para pedagang kaki lima bersedia direlokasi dengan damai dan mendapat tempat berdangan yang lebih baik, bahkan perpindahannya diramaikan dengan kirab budaya yang semarak, orang merasakan Jokowi bukan sekedar walikota, tetapi walikota yang menghidupkan kota ini.

Perpindahan itu segera diikuti penataan taman monumen Banjarsari sehingga bisa dinikmati warga untuk bertemu dan bercengkerama.

Perpindahan pedagang di Banjarsari itu diikuti penataan sekitar stadion Manahan , . Penataan dilakukan dengan mengatur pedangang kaki lima ke sebelah utara dan sebelah selatan dijadikan taman yang indah dengan banyak tempat duduk. Warga sangat menikmati duduk dan bertemu di Manahan. Perlu diketahui selain untuk pedagang kaki lima, Stadion manahan dulu dipakai sebagai temapt mangkal wanita nakal.

Bukan hanya itu, Jokowi menyelenggarakan SIEM. Satu pertunjukkan musik etnis internasional. Solo yang selama ini beku dalam hal musik ( sekalipun memiliki banyak seniman musik dan peningalan karya musik ), tiba-tiba merasakan jatidirinya kembali. Yang lebih hebat lagi, salah penyelenggaraan SIEM memakai bekas benteng Vastenburg, yang selama ini ternyata dikuasai swasta dan ditelarkan. Benteng yang menjadi semak2 itu menjadi tempat pertunjukan yang sangat indah.

Tak lama kemudian, taman balekambang yang dulunya milik Mangkunegaran, dan dibangun oleh Mangkunegara VII untuk putrinya Partini dan Partinah, namun selama bertahun-tahun mangkrak, ditata kembali dan dijadikan taman yang indah, seolah seperti dulunya. Taman Balekambang berisi kolam yang luas, bangunan untuk acar kesenian, taman dengan tempat duduk yang asri, hutan kecil yang sejuk, dan sekaragn juga ada taman reptilnya. Di Taman Balekambang yagn baru itu, orang Solo merasakan berada di rumahnya. Karena itu dengan segera taman Balekambang menjadi taman yang ramai dikunjungi warga. Dan berbagai acara diselenggarakan di taman itu.

Warga Solo menemukan tempat dimana mereka bisa merasakan sebagai warga satu kerajaan ketika berada di taman Balekambang.

Dalam hal penataan kota, yang sangat menarik adalah penataan Ngarsopura. Tempat di depan Pura Mangkunegaran ini selama ini menjadi pasar barang antik dan toko-toko buku dan elektronik. Namun Jokowi mengubahnya menjadi tempat umum dengan tatanan menarik. Berada di Ngarsapura orang merasa Solo sebagai kota tua yang indah. Dan pasar barang antik direnovasi menjadi pasar yang bagus dan tertata dengna model bangunan Jawa sehingga pembeli merasa tertarik untuk mengununginya.

Maka jadilah komplek Ngarsapura menjaid komplek favorit untuk berkumpul setiap sore hingga malam. Ada yang sekedar duduk-duduk atau datang untuk berfoto.
Jokowi juga mengadakan revitalisasi batik. Tempat-tempat yagn selama ini menjaid sntra batik , namun seolah mati suri dibenahi. Kampun diperbaiki, jalan diperbaikik, promosi batik digalakkan.

Diadakanlah festival batik di kauman. Lalu dibuatlah kampung batik di Laweyan. Dan kemuidan diadakanlah acara tahunan Batik Karnival.

Maka dengan segera bergairahlah dunia batik. Kauman ramai, Laweyan ramai, Klewer tetap ramai, dan PGS punramai.

Para pengrajin batik mendapat kehidupannya. Dan batik Solo bangkit kembali.
Jokowi juga meninggikan kraton. Kraton dilibatkan dalam acara-acara yang diselenggarakan Pemkot. Katika ada acara kirab, para pangeran kraton juga diikutkan. Bangunan pun diperhatikan. Karena kraton ada konflik, maka renovasi bangunan didahulukan untuk Mangkunegaran.

Menghadapi konflik kraton, Jokowi menempatkan diri di tengah. Dan kemudian ikut berjuang hingga terjadinya rekonsiliasi, dengan tidak membuat malu satu sama lain.

Di dunia pendidikan Jokowi mengadakan kreaso ( kreatif anak sekolah Solo ). Ajang tahunan yangmenampilkan karya para siswa dalam bentuk pameran hasil karya akademis dan bakat. Di ajang ini ditampilkan musik, tari, berbagai karya teknologi, dan inovasi-inovasi para siswa.
Acara yang berjalan selama beberapa hari ini biasanya sangat menarik perhatian masyarakat. Dan dengan demikian terjadi interaksi antara para siswa dengan masyarakat. Masyarakat jadi mengerti apa yang dilakukan oleh para siswa di sekolah selama ini. Sungguh satu acara yang menarik.

Banyak hal lain yang dilakukan Jokowi, tidak perlulah disebutkan satu persatu. Bisa dinikmati kalau kita mengunjungi Solo.

Namun apa yang sebenarnya terpenting dari semua itu ?
Apakah pembangunan fisik itu yang penting ? Semaraknya kota itu yang penting ? Bukan! Yang terpenting dengan semua yang dilakukannya selama tujuh tahun memimpin Solo, Jokowi telah memberi “Roh” kehidupan kepada kota ini.

Orang Solo tiba-tiba menyadari betapa besar kekayaan yang mereka miliki dan betapa besarnya hal-hal yang bisa digali dari diri mereka.

Orang Solo menjadi hidup, menemukan jati dirinya dan bisa berkembang dengan berdasar tradisinya sambil berinteraksi dengan kemajuan-kemajuan.

Orang Solo menemukan bahwa kehidupan damai dan terus berdialog sebagai ciri budaya jawa ( dan sebenarnya adalah budaya nusantara ) adalah ciri kehidupan dan dengan cara itu bisa diselesaikan berbagai persoalan.

Orang Solo menyadari bahwa relasi antara rakyat dan pemimpin adalah satu kemanunggalan. Tetap dengan saling menyadari posisi masing-masihg tapi, tidak ada jarak. Rakyat bisa berkomunikasi dengan pemimpin dan pemimpin bisa berkomunikasi dengan rakyatnya. Pemimpin sungguh Ing Ngarso sung tuladha, sungguh-sungguh memimpin bukan bermain, dan bisa diteladani. Pemimpin juga ing madyo mangun karsa, benar-benar menggerakkan rakyat untuk bekerja bersama dengan dirinya. Dan tut wuri handayani, mendorong rakyat maju dan pemimpin menyediakan semua hal yang diperlukan.

Jadi apa yang akan diberikan Jokowi jika memipin DKI Jakarta ? Ia akan memberikan “Roh” kehidupan kepada kota ini…














Penulis: Gunawan Sri Haryono
Sumber: Kompasiana

DaVina News

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard.

Tentang DaVinaNews.com

Davinanews.com Diterbitkan oleh Da Vina Group Davinanews.com adalah situs berita dan opini yang memiliki keunggulan pada kecepatan, ketepatan, kelengkapan, pemilihan isu yang tepat, dan penyajian yang memperhatikan hukum positif dan asas kepatutan Davinanews.com memberikan kesempatan kepada para pembaca untuk berinteraksi. Pada setiap berita, pembaca bisa langsung memberikan tanggapan. Kami juga menyediakan topik-topik aktual bagi Anda untuk saling bertukar pandangan. Davinanews.com menerima opini pembaca dengan panjang maksimal 5.000 karakter. Lengkapi dengan foto dan profil singkat (beserta link blog pribadi Anda). Silakan kirim ke email: news.davina@gmail.com.